Ketahanan
Ketahanan Kota?
Berbagai kota di seluruh dunia sedang menghadapi berbagai jenis tantangan yang terus bertambah dan berkembang di abad ke-21 ini. Mulai dari dampak dari perubahan iklim (climate change), pertumbuhan jumlah pendatang, infrastruktur yang kurang memadai, wabah penyakit, sampai dengan serangan cyber.
Dalam hal ini, konsep ‘ketahanan’ akan membantu kota untuk beradaptasi, berubah ke arah yang lebih baik, dan mempersiapkan diri dalam menghadapi segala tantangan (baik yang sudah diperkirakan maupun terjadi secara tiba-tiba) tersebut.
100 Resilient Cities (100RC) mendefinisikan ‘Ketahanan Kota’ sebagai “kapasitas individu, masyarakat, institusi, bisnis, dan sistem dari sebuah kota untuk bisa bertahan, beradaptasi, dan tumbuh terhadap tekanan (stress) yang terus menerus dan guncangan (shock) besar yang dihadapi.”
Sebagai proses membangun ketahanan kota, perlu untuk melihat, menelaah, dan mempelajari kota secara menyeluruh (holistik) dengan cara memahami sistem yang bekerja dan membentuk kota tersebut, hubungan keterkaitan yang dimiliki sistem tersebut, serta risiko yang mungkin dihadapinya. Dengan memperkuat sistem-sistem tersebut serta memahami potensi tekanan (stress) dan guncangan (shock) yang akan dihadapi, sebuah kota akan mampu menyusun rencana pengembangan ke arah yang lebih baik.
Tekanan (Stresses):
Fenomena yang terjadi terus-menerus (kronis) dan melemahkan kemampuan penduduk kota dan/atau aset kota untuk berfungsi dan menyediakan kebutuhan dasar. Seperti:
- Tingginya tingkat pengangguran
- Tingginya pajak dan sistem transportasi pulik yang tidak memadai
- Kekerasan Sosial
- Kurangnya suplai makanan dan air bersih
Guncangan (Shocks):
Kejadian yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba dan berpotensi untuk mengakibatkan korban jiwa dan/atau kerusakan besar pada aset kota. Seperti:
- Gempa bumi
- Banjir bandang
- Penyebaran wabah penyakit
- Serangan Teroris
Tantangan yang dihadapi oleh sebuah kota tentunya tidak hanya berupa 1 (satu) macam tekanan (stress) dan/atau guncangan (shock) saja. Banyak kota di dunia yang menghadai kombinasi dari tantangan-tantangan tersebut yang berakibat pada melemahnya ‘ketahanan’ kota tersebut.
Studi kasus yang relevan terkait hal ini adalah terjadinya Badai (Hurricane) Katrina di bagian tenggara Amerika Serikat pada tahun 2005 yang berdampak fatal. Meskipun begitu, bukan hanya badai Katrina yang menyebabkan terjadinya krisis di New Orleans. Pengaruh badai tersebut turut diperburuk oleh tekanan (stresses) yang dihadapi oleh kota tersebut seperti: rasisme institusional, kekerasan, divestasi dan penuaan infrastruktur, kemiskinan, kurangnya transformasi makroekonomi, penurunan kualitas lingkungan, serta berbagai tantangan lainnya.
Tekanan-tekanan (stresses) yang tidak tertangani ini ikut memperburuk dampak dari guncangan (shocks) yang melanda kota New Orleans (Badai Katrina). Hal ini memperparah kondisi kota yang membuat semakin sulitnya kota ini untuk bangkit dari kondisi tersebut.
Kualitas ‘Ketahanan Kota’
KARAKTERISTIK SISTEM YANG BERKETAHANAN
Pada akhirnya, tidak cukup jika hanya memahami berbagai sistem yang bekerja di dalam kota. Untuk membangun ‘ketahanan kota’, sistem-sistem tersebut harus dirancang agar berfungsi sedemikian rupa agar mampu merespon dan beradaptasi dengan lebih baik terhadap segala tekanan (stress) dan guncangan (shock).
100RC telah menyusun Kerangka Ketahanan Kota (City Resilience Frameworks, CRF) berdasarkan hasil riset puluhan tahun tentang sistem berketahanan (resilient systems) yang mengidentifikasi 7 (tujuh) karakteristik yang harus ada pada suatu kota untuk membangun ketahanan, yaitu:
Reflective
kemampuan kota untuk belajar dan mengantisipasi tantangan dari pengalaman yang telah dilalui sebelumnya sehingga mampu menghasilkan suatu strategi ketahan yang lebih komprehensif.
Resourceful
kemampuan kota untuk menghadapi tantangan dengan berbagai sumber daya sehingga tidak hanya bertopang pada 1 (satu) sumber daya saja.
Robust
kemampuan kota untuk merencanakan strategi kota yang lebih menyeluruh sehingga tantangan yang dihadapi oleh kota tidak akan mempengaruhi kehidupan berkota.
Redundant
kemampuan kota untuk bangkit dari tantangan yang dihadapi karena telah memiliki kapasitas cadangan dalam menyelesaika akibat dari tantangan tersebut..
Flexible
kemampuan kota untuk menghadapi tantangan dengan memiliki strategi alternatif ketika dihadapi dengan tantangan.
Inclusive
kemampuan kota untuk menghadapi tantangan karena berhasil melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders).
Integrated
kemampuan kota untuk menghadapi tantangan karena semua sistem kehidupan berkota telah mampu terintegrasi dengan baik sehingga tantangan yang dihadapi tidak memberikan efek yang besar terhadap kehidupan berkota.