BeritaJakarta BerketahananKegiatan

Mendampingi CRO dalam Menerima Audiensi Mahasiswa Wageningen University and Research Belanda

Mendiskusikan upaya Jakarta dalam menjadi kota berketahanan serta membahas proses dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkannya

Jakarta, 11 Januari 2019

Deputi Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup selaku Koordinator Ketahanan Kota/Chief Resilience Officer (CRO) Jakarta Berketahanan didampingi oleh Sekretariat Jakarta Berketahanan dalam menerima audiensi Mahasiswa Wageningen University and Research Belanda dan Karina (Caritas Indonesia).

Audiensi ini bertujuan untuk mendiskusikan upaya Jakarta dalam menjadi kota berketahanan serta membahas proses dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkannya. Mahasiswa Kajian Pembangunan Internasional Wageningen University and Research Belanda tersebut menerangkan bahwa ia tengah melakukan penelitian tentang upaya beberapa kota Asia Tenggara dalam mewujudkan kota yang berketahanan, yaitu: Jakarta, Indonesia; Cebu, Filipina; dan Yangon, Myanmar. Terdapat beberapa hal yang hendak diketahui oleh mahasiswa Wageningen University and Research dalam audiensi ini, yaitu: kondisi dan masalah yang dihadapi oleh Jakarta; pendekatan yang digunakan dalam membangun ketahanan kota Jakarta; kemajuan program Jakarta Berketahanan sejauh ini, dan; hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan kota Jakarta.

Sebagai tanggapan, CRO menjelaskan bahwa isu terbesar yang kini dihadapi oleh Jakarta adalah kelangkaan air bersih, sanitasi, banjir, pengelolaan sampah, dan polusi udara akibat transportasi. Selanjutnya, dijelaskan juga  bahwa kolaborasi menjadi prinsip utama dalam membangun ketahanan Jakarta terhadap masalah-masalah tersebut. Terdapat dua kunci dalam melakukan kolaborasi, yaitu komitmen dan konsensus. Keduanya dibutuhkan untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan memahami permasalahan yang dihadapi dan memiliki rencana aksi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara kolaboratif.

Melengkapi pernyataan CRO, Sekretariat Jakarta Berketahanan secara lebih lanjut menjelaskan mengenai konsep kota beketahanan; prinsip kolaborasi yang digunakan; metode kolaborasi; lima fokus utama Jakarta Berketahanan; pendalaman fokus utama; 3 (tiga) pilar Ketahanan Kota Jakarta yaitu: SIAP, SEHAT, dan TERHUBUNG; dan 6 (enam) Kegiatan Priortias Jakarta Berketahanan yang terdiri dari 4 (empat) Kegiatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan 2 (dua) Peluang Prioritas.

Terkait dengan kendala yang dihadapi untuk mewujudkan Strategi Ketahanan Kota Jakarta, CRO menjelaskan beberapa butir sebagai berikut:

  1. Masyarakat kurang mengenali bahwa tindakan dan sikap yang dilakukannya menyebabkan permasalahan bagi perkotaan. Sebagai contoh, masyarakat tidak mengenali bahwa rumah yang dilengkapi dengan jamban membuat sungai menjadi tercemar apabila tidak dilengkapi dengan septic tank.
  2. Selain itu, pemerintahan yang tidak terintegrasi (fragmented governance) merupakan salah satu hambatan besar lainnya. Akar permasalahan di Kota Jakarta terhubung dengan daerah sekitarnya. Terdapat 8 (delapan) kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan Banten yang termasuk dalam wilayah metropolitan Jabodetabek, yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Sejauh ini, penyelesaian untuk permasalahan ini masih berada pada tahap inisiasi dan belum ditemukan bentuk kolaborasi yang disepakati.

Show More

Related Articles

WP Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com