Siaran Pers
30 Agustus 2019
BALAIKOTA JAKARTA – Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, meluncurkan secara resmi dokumen ‘Strategi Ketahanan Kota Jakarta’ sebagai pedoman kolaborasi dalam mewujudkan Jakarta Siap, Jakarta Sehat, dan Jakarta Terhubung (connected). Dokumen tersebut merupakan tindak lanjut dari terpilihnya kota Jakarta sebagai salah satu dari 37 kota dunia yang tergabung dalam jejaring internasional 100 Kota Berketahanan (100 Resilient Cities) pada bulan Mei 2016.
“Jakarta sebagai kota berpenduduk 10 juta sudah sewajarnya memiliki strategi untuk bisa bertahan. Sebuah kota berketahanan siap untuk mengantisipasi berbagai tantangan yang ada. Tadi sudah disampaikan bahwa Jakarta menjadi kota yang berketahanan dengan tiga rumusan. Satu adalah Jakarta sebagai kota yang siap, kedua sebagai kota yang sehat, dan ketiga Jakarta sebagai kota yang terhubung. Kita berkepentingan untuk bisa mengantisipasi itu semua,” ujar Gubernur Anies mengawali sambutannya di Balai Agung, Balaikota Jakarta, pada Jumat (30/8) sore.
Untuk diketahui, ‘Jakarta Siap’ bermakna kota yang mampu melakukan mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi guncangan maupun tekanan, termasuk risiko bencana dan dampak perubahan iklim. Adapun, ‘Jakarta Sehat’ diartikan kota sehat yang menjamin aksesibilitas pelayanan air bersih, air limbah, dan manajemen sampah yang berkelanjutan. Terakhir, ‘Jakarta Terhubung’ diterjemahkan sebagai kota yang mempromosikan konektivitas dan mobilitas setiap warganya dengan menyediakan transportasi publik antarmoda yang terjangkau dan jejaring antar warga melalui sistem komunikasi yang dapat diakses seluruh warga. Ketiga pilar tersebut kemudian akan diturunkan menjadi 12 arahan dan 32 strategi yang berdampak jangka panjang bagi kehidupan kota Jakarta.
“Kita berkolaborasi dengan seluruh komponen masyarakat. Karena, berbicara ketahanan bukan ketahanan Pemerintah Provinsi, tapi ketahanan kota. Ketahanan kota itu artinya melibatkan warga. Karena itu, kita harus membangun kolaborasi dengan warga. Dan kolaborasi itu dilakukan di saat belum ada masalah. Jangan kolaborasinya dilakukan sesudah ada masalah. Nantinya kita menerjemahkan strategi yang sudah disusun ini, maka di situ kita membangun kolaborasi dengan seluruh komponen masyarakat. Sehingga, pada saat nantinya menghadapi masalah, kita akan mampu merespon dengan cepat,” jelas Gubenur Anies.
Gubernur Anies menegaskan, dokumen Strategi Ketahanan Kota Jakarta harus dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi pedoman dalam setiap penyusunan kebijakan. Melalui kerja sama dengan berbagai organisasi internasional, lembaga swadaya masyarakat, maupun lintas SKPD-UKPD, Gubernur Anies menyebut, praktik-praktik terbaik di dunia dapat menjadi bahan dalam penyusunan kebijakan dan berlaku sebaliknya, bahwa kebijakan Pemprov DKI Jakarta dapat menjadi rujukan bagi seluruh dunia dalam mencapai visi Kota yang Berketahanan.
“Saya perlu garis bawahi, dokumen ini jangan jadi dokumen mati. Cara melihat dokumen mati itu disimpan saja. Dokumen ini harus menjadi dokumen hidup. Dokumen hidup itu karena digunakan sebagai praktik dalam keseharian. Karena itu, penting sekali kita menggaungkan dan membicarakan apa yang menjadi strategi dalam ini semua. Dan tampilannya sangat mudah untuk kita serap. Maka, kita berharap ini bisa menjadi dokumen hidup untuk Ibu Kota Jakarta,” ungkap Gubernur Anies.
Perlu diketahui, kebijakan Jakarta Berketahanan melibatkan lebih dari 1.000 pemangku kepentingan, mengolah maupun menganalisis lebih dari 200 program dan 20.000 kegiatan yang telah berjalan, serta melakukan lebih dari 50 diskusi, forum, konsultasi, seminar, konsultasi publik, ataupun lokakarya. Usai peluncuran dokumen Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta akan bertindak cepat untuk mencapai visi ketahanan kota Jakarta, yaitu ‘Jakarta berketahanan yang menyediakan kesempatan setara bagi seluruh warganya untuk hidup aman, sehat, sejahtera, dan bahagia melalui pelayanan publik dan inovasi’.