Jakarta – Ketepatan dalam menangkap sinyal-sinyal akan datangnya hujan diperlukan supaya masyarakat bisa mempersiapkan diri menghadapi keadaan. Namun ternyata membuat prakiraan cuaca di Indonesia bukan pekerjaan mudah.
Soal akurasi prediksi hujan, isu ini mengemuka usai perbincangan masyarakat mengemuka bahwa bakal terjadi hujan deras di Jakarta pada 12 Januari. Nyatanya, tak ada hujan deras di Jakarta pada 12 Januari. Usut punya usut, ramalan viral itu bersumber dari salah tafsir.
Weather forecasts indicate the greater Jakarta region will experience unusually heavy rainfall through January 12, 2020, demikian bunyi ‘Weather Alert‘ dari Kedubes AS untuk Indonesia, tertanggal 6 Januari 2020
Menurut Kedubes AS, terdapat kesalahpahaman oleh beberapa masyarakat Indonesia dalam pengartian pengumuman yang ditulis dengan bahasa Inggris. Masyarakat banyak yang mengartikan, 12 Januari bakal terjadi hujan deras. Padahal bukan begitu maksud Kedubes AS. Dalam Twitter resmi Kedubes AS @usembassyjkt, mengunggah tulisan penjelasan.
“Mimin @usembassyjkt dibanjiri pertanyaan ttg peringatan cuaca utk warga negara AS di Indonesia. Nah, kata ‘through’ dan ‘on’ itu artinya berbeda loh! Seperti ‘sampai tanggal’ dan ‘pada’. Yuk, belajar #BahasaInggris dgn #MissUnderstanding! Hati-hati ya di musim hujan ini,” tulis @usembassyjkt, seperti dilihat detikcom, Kamis (9/1).
Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan Jr, menemui Gubernur Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota. Dia menjelaskan soal imbauan terkait cuaca ekstrem Jakarta yang diumumkan oleh Kedubes AS.
“Ada kekeliruan penerjemahan saat pengumuman pada beberapa hari lalu. Dan saya ingin memastikan bahwa Kedutaan Besar Amerika tidak berurusan dengan urusan prediksi cuaca di Jakarta,” ucap Donovan kepada wartawan usai bertemu dengan Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (8/1).
Giliran Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofiska (BMKG) Dwikorita Karnawati yang berbicara. Meski prediksi cuaca dari Kedubes AS bukan berasal dari BMKG, namun sebenarnya prakiraan cuaca BMKG tidak berbeda. Yang berbeda adalah kabar viral berisi kesalahpahaman bahwa bahwa Jakarta akan diguyur hujan deras pada 12 Januari.
“Justru BMKG sempat diprotes kok prediksinya beda dengan Kedubes AS, karena BMKG memprediksi intensitas hujan tanggal 11 sampai dengan 12 Januari di Jabodetabek menurun, bertentangan dengan viral yang salah itu,” kata Dwikorita, Senin (13/1/2020).
Soal tak adanya hujan deras pada 12 Januari, BMKG menjelaskan kondisi tersebut memang sudah sesuai prediksi BMKG yang dirilis sebelumnya, termasuk via Twitter atau Instagram, pada 8 Januari. Isinya, 12 Januari adalah masa penurunan intensitas hujan, bukan malah menjadi masa hujan deras Jakarta.
“BMKG memprediksi mulai 11 Januari 2020, intensitas hujan di Jakarta Bogor Depok Tangerang (Jabodetabek) menurun,” kata Dwikorita.
Intensitas hujan di Jabodetabek menurun karena karena Aliran Udara Basah (MJO/Madden Julian Oscillation) yang memicu hujan lebat sudah bergeser meninggalkan Jawa dan mulai masuk ke Kalimantan dan Sulawesi. Fenomena MJO juga sudah dijelaskan BMKG sejak 3 Januari lalu saat peluncuran Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
“Tanggal 6 Januari US Embassy mengeluarkan weather alert. Mengatakan bahwa ‘through 12 January‘ akan terjadi unusual heavy rainfall. Maksudnya sejak 6 Januari hingga 12 Januari,” kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BPPT, Tri Handoko Seto, secara terpisah melalui keterangan pers.
BPPT ternyata sempat disambangi pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat perihal peringatan cuaca yang viral namun tidak benar itu, yakni yang berisi ramalan akan terjadi hujan deras di Jakarta pada 12 Januari.
“Berita ini menjadi viral karena masyarakat, bahkan para ilmuwan banyak yang mengartikan akan terjadi cuaca ekstrem pada 12 Januari. US Embassy kaget,” sambungnya.Kedubes AS kaget lantaran peringatan cuacanya ditafsirkan lain.
“Science and Tech Afair US Embassy langsung ingin ketemu saya untuk berdiskusi. Beliau menyayangkan kesalahan baca yang terus diviralkan dan berakibat fatal, sembari menggali informasi tentang TMC yang kami kerjakan,” kata Tri Handoko.
Ternyata sinyal hujan di Indonesia membuat kewalahan lembaga AS. Hujan di Indonesia dinilai sulit diprediksi secara akurat.
“GFS (The Global Forecast System) yang banyak diacu oleh model prediksi hujan di Indonesia juga tidak berdaya memprediksi hujan beberapa minggu terakhir,” kata Tri Handoko.
GFS yang dia maksud adalah model prakiraan cuaca yang diproduksi Pusat Nasional untuk Prediksi Lingkungan (NCEP) AS. Contoh kesulitan dalam memprediksi hujan di Indonesia adalah prediksi terhadap hujan pada pengujung 2019 hingga tahun baru 2020 kemarin.
“Curah hujan di Jabodetabek 27 Desember sampai 2 Januari diprediksi 101 mm, tapi nyatanya 207 mm. Bahkan curah hujan di Halim Perdanakusuma akhir tahun 2019 yang terukur 377 mm itu diprediksi GFS ‘hanya’ kurang dari 30 mm,” kata Tri Handoko.
Dilansir NOAA, bila bumi tidak berotasi dan dalam kondisi tetap, maka atmosfer akan bersirkulasi antara kutub-kutub (area bertekanan tinggi) dan khatulistiwa (area bertekanan rendah) dalam pola bolak-balik yang sederhana. Namun karena bumi berotasi, maka sirkulasi udara dibelokkan. Alih-alih bersirkulasi dalam pola lurus, udara berbelok cenderung ke kanan pada belahan bumi utara dan berbelok ke kiri di belahan bumi selatan, maka bentuknya adalah jalur lengkung. Pembelokan ini disebut gaya corilois.
“Memprediksi hujan di Indonesia bukanlah urusan mudah. Lembaga dunia yang kredibel memprediksi hujan di negaranya (lintang tengah) pun kewalahan memprediksi hujan di Indonesia (ekuator). Sinyal perubahan cuaca di ekuator tidak cukup jelas karena gaya coriolis di ekuator yang sangat kecil bahkan nol untuk lintang nol (Fc=X.sin lintang),” kata Tri Handoko.
Artikel ini telah tayang di detik.com dengan judul “Round-Up Saat Sinyal Hujan di Indonesia Bikin Lembaga AS Kewalahan”, https://news.detik.com/berita/4857964/saat-sinyal-hujan-di-indonesia-bikin-lembaga-as-kewalahan
Penulis : Detik.com
Foto Cover : ilustrasi hujan (Rifkianto Nugroho/detik.com)