Jakarta, CNN Indonesia — Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta terakhir hari ini, Kamis (4/6). Sudah tiga kali Gubernur Anies Baswedan memberlakukan PSBB untuk menekan kasus penyebaran virus corona (Covid-19) di ibu kota.
Meski demikian, angka penyebaran Covid-19 di Jakarta masih naik-turun dalam tiga hari belakangan. Di sisi lain, pemberlakuan PSBB dirasakan cukup pahit bagi sejumlah pedagang kecil.
PSBB seolah menjadi momok bagi mereka. PSBB seperti mempersempit bahkan menutup lubang-lubang mata pencaharian mereka. Cerita murung ini pula yang terekam dari keluh-kesah para pedagang di Jakarta.
Beberapa di antara mereka yang ditemui CNNIndonesia.com mengaku bahwa pendapatan turun drastis selama PSBB. Maman (73) salah satu pedagang yang mengalami hal itu.
“Wah jauh, dek,” ujar dia saat ditanya soal besaran jumlah penurunan pendapatan yang dia miliki, Rabu (3/6).
Pedagang ketoprak di bilangan Cilangkap, Jakarta Timur. (CNN Indonesia/Nadhen Ivan)
|
Ia sendiri bercerita bahwa sejak pukul 17.00 hingga 18.45 belum ada juga pembeli yang mampir membeli kerak telor yang dijualnya di pinggir jalan, tepat depan Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.
Suasana sepi jalanan di depan Asrama Haji malam hari memang sudah menjadi pemandangan biasa di masa PSBB bagi Maman.
“Orang [di jalanan] juga sepi. Kadang-kadang [dalam satu hari] enggak ada penglaris [pembeli],” kata Maman.
Dalam harap dia berkata bila PSBB dibuka, mungkin saja jalanan di depan Asrama Haji yang tadinya sepi kembali ramai sehingga pembeli kerak telornya ikut banyak seperti sebelum pandemi.
“Saya bersyukur, Alhamdulilah kalau PSBB dibebaskan [dihentikan]. Istilahnya orang-orang banyak lagi,” ujar dia.
“Ya mungkin istilahnya masalah materi [pendapatan] bisa kembali [seperti] semula lagi,” lanjut Maman.
Namun demikian, Maman sadar betul dirinya tak punya kekuatan apapun untuk bisa memengaruhi kebijakan terkait PSBB.
“Yang namanya pemerintah pasti berikan yang terbaik buat masyarakat,” tutur Maman.
Tidak jauh dari tempat Maman, mangkal penjual martabak, Ridho namanya. Nasib dia sedikit beruntung sebab PSBB tidak begitu memengaruhi pendapatannya.
Sama seperti Maman, dia menyampaikan harapan agar PSBB tak diperpanjang jika pada akhirnya membuat ekonomi lesu. Terlebih, hal itu bakal berdampak langsung terhadap para pedagang kecil seperti dia.
Dia berkata jika PSBB diperpanjang, bisa saja ekonomi masyarakat jadi tidak karuan.
“Kalau PSBB diperpanjang ekonomi itu [bisa] tidak karuan. Ya, PSBB dibuka saja, yang penting masyarakat harus tahu juga lah [soal protokol kesehatan],” pungkasnya.
Ditempat lain yakni di pinggir Jalan Malaka, Kelurahan Cilangkap, Jakarta Timur ada seorang pedagang ketoprak bernama Abi (37).
Sejak ada PSBB Abi menduga masyarakat jadi berdompet tipis sehingga enggan keluar untuk sekedar membeli makanan di pinggir jalan termasuk ketoprak miliknya. Bisa pula, pikirnya, karena ketakutan di antara mereka terhadap penularan Covid-19 jika sering keluyuran.
“Ya bagaimana mau keluar. Sekarang juga semua pada susah enggak punya duit karena tidak jarang ada berita karyawan di-PHK,” tutur ayah beranak satu itu mengawali cerita.
Ia pun khawatir bila kondisi yang dialaminya terus terjadi susu untuk anak bisa tidak terbeli. Pun demikian dengan uang kontrakan bulan depan bisa saja tidak terbayar.
“Kalau seperti kami berapa paling dapet sehari. Sudah ada PSBB sekarang makin enggak ada pemasukan. Padahal harus beli susu sama bayar uang kontrakan,” pungkasnya.
Provinsi DKI Jakarta sendiri saat ini tengah dalam penerapan PSBB tahap tiga dan berakhir pada Kamis (4/6). Belum ada kepastian mengenai perpanjangan PSBB itu.
Namun jika Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk tidak memperpanjang PSBB, Abi dan Maman akan menyambut gembira hal tersebut. Sebab ada harapan pendapatan mereka kembali seperti semula. (ndn/bac)
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul “PSBB Jakarta dan Keluh Pedagang Megap-megap Cari Uang”, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200604080603-20-509685/psbb-jakarta-dan-keluh-pedagang-megap-megap-cari-uang
Penulis/Editor : CNN Indonesia
Foto Cover : Maman, penjual kerak telor yang mengeluhkan susah-payah berjualan selama PSBB. (CNN Indonesia/Nadhen Ivan)