Jakarta, CNN Indonesia — Puluhan ribu pasien tuberkulosis (TBC) berhenti mengonsumsi obat atau putus obat karena pandemi infeksi virus corona (Covid-19). Angka pasien TBC yang berobat ke layanan kesehatan menurun drastis di masa pandemi. Padahal, putus obat dapat berdampak buruk bagi penyembuhan TBC.
“Kalau di angka, kita bisa lihat [pengobatan] yang menurun drastis itu di bulan Mei. Jadi, Maret, kan, awalnya [pandemi]. Maret itu masih lumayan yang berobat [TBC]. Tapi, di Mei itu sudah drastis menurun, cuma sekitar 3.400-an yang datang ke layanan kesehatan,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu dalam talk show BNPB, Selasa (7/7).
Menurut Wiendra, jumlah 3.400-an pasien TBC yang berobat itu jauh dari target Kementerian Kesehatan. Estimasi Kementerian Kesehatan saat ini terdapat 845 ribu pasien TBC di Indonesia dan yang sudah terdata mencapai 69 persen atau sekitar 540 ribu orang.
“Biasanya, harusnya itu setiap bulan sekitar 50 ribu. Sekarang, kalau kita lihat angka, saya juga takut karena cuma 3 ribu-an,” kata Wiendra.
Wiendra menjelaskan sejumlah alasan yang membuat banyak pasien TBC tidak berobat ke layanan kesehatan di masa pandemi. Takut tertular virus corona dan fasilitas kesehatan yang juga takut melayani pasien TBC menjadi alasan berkurangnya pengobatan pasien TBC.
Penyembuhan TBC dapat dilakukan dengan meminum obat secara rutin dan teratur selama enam bulan. Jika berhenti atau putus obat, pengobatan mesti diulang kembali dan dapat menimbulkan risiko berupa resisten obat atau dikenal dengan TBC resistan obat (RO).
Berbeda dengan TBC pada umumnya, TBC RO harus mendapatkan pengobatan rutin selama dua tahun dengan kandungan dan dosis obat yang lebih berat. Hal ini dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien TBC dan juga meningkatnya angka penularan.
Penurunan angka pasien TBC yang berobat ini menjadi tugas berat bagi pemerintah, baik di masa pandemi maupun setelah pandemi.
“Bahwa untuk tahun depan kita harus siap bekerja lebih keras memberantas TBC,” kata Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia Arifin Panigoro.
Pasien TBC juga diminta untuk tidak takut berobat karena fasilitas layanan kesehatan saat ini sudah menerapkan protokol yang ketat. Pasien TBC juga harus mengonsumsi obat-obatan secara rutin agar tidak menularkan bakteri yang dapat menginfeksi orang lain.
Artikel ini diambil dari www.cnnindonesia.com dengan judul “Puluhan Ribu Pasien TBC Putus Obat karena Pandemi Covid-19”, https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200707124559-255-521755/puluhan-ribu-pasien-tbc-putus-obat-karena-pandemi-covid-19
Penulis/Editor : CNN Indonesia
Foto Cover : Ilustrasi. Puluhan ribu pasien tuberkulosis (TBC) mengalami putus obat karena pandemi Covid-19. (iStockphoto/magicmine)