Singapura, 10 Juli 2018
Konsep Resilient City atau kota yang berketahanan menjadi semakin diperhatikan oleh dunia internasional dan dipandang penting untuk direalisasikan. Dalam memahami tantangan perkotaan berupa tekanan (stresses) dan guncangan (shocks), serta dalam membangun ketahanan kota, diperlukan partisipasi dan kerjasama yang inklusif dari berbagai pemangku kepentingan terkait.
Jakarta sebagai kota metropolitan sudah melakukan berbagai upaya dalam rangka membangun ketahanan kota, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait. Upaya ini mendapatkan sebuah momentum baru, yaitu ketika Jakarta bergabung menjadi anggota 100 Resilient Cities (100RC) atau 100 Kota Berketahanan pada bulan Mei 2016 dengan menyisihkan 325 aplikasi dari kota-kota lain di seluruh dunia
Untuk meningkatkan kapasitas kota-kota yang berada di dalam jejaringnya untuk membangun ketahanan kota, 100RC mengadakan 100 Resilient Cities (100RC) Asia Pacific (APAC) Implementation Training Workshop yang akan diselenggarakan dari tanggal 10-12 Juli 2018. Kegiatan ini akan menjadi kesempatan bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta Berketahanan untuk menyuarakan strategi, usaha, dan keberhasilan DKI Jakarta di tingkat internasional dalam mentransformasi dirinya menuju kota berketahanan dan berkelanjutan sekaligus meningkatkan kapasitas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta Berketahanan dalam merancang program, meningkatkan proses monitoring dan evaluasi program, menemukenali potensi pembiayaan alternatif untuk keberlanjutan program, serta meningkatkan proses koordinasi antarpemangku kepentingan dalam pelaksanaan program.
Pada hari pertama kegiatan 100RC APAC Implementation Training Workshop, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup (TRLH)/Chief Resilience Officer (CRO) dan Sekretariat Jakarta Berketahanan turut menghadiri tema Resilience Track dalam kegiatan World Cities Summit 2018. Tema resilience track ini merupakan sesi berbagi pengalaman dari para praktisi ketahanan kota untuk membangun ketahanan kota dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Sedangkan, World Cities Summit 2018 merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Ministry of National Development/Kementerian Pembangunan Nasional Singapura bekerjasama dengan Singapore’s Centre for Liveable Cities dan Urban Redevelopment Authority yang akan menjadi platform global untuk mengeksplorasi bagaimana kota dapat menjadi lebih “liveable” dan “resilient” melalui tata kelola, perencanaan, inovasi teknologi, serta kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dari kota-kota lain di dunia dalam menciptakan solusi perkotaan yang inovatif dan terintegrasi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
Pada kegiatan World Cities Summit 2018, Deputi TRLH/CRO dan Sekr Jakber berkesempatan untuk mengikuti 2 (dua) seminar berupa:
- Part 1 – What it takes to make cities more resilience economically and environmentally
- Tema yang dimoderatori oleh Henk Ovink, Utusan Khusus Belanda untuk Permasalahan Air Internasional, ini turut menghadirkan berbagai panelis yang terdiri dari: (i) Walikota Rotterdam; (ii) Deputi Walikota Panama; (iii) Senior Vice President dari Siemens; (iv) CRO Pune, India; dan (v) Vice President dari Shell.
- Tema ini membahas pentingnya melakukan proses kolaboratif dalam menginternalisasi konsep ketahanan kota dan mewujudkan sebuah kota untuk menjadi kota berketahanan.
- Tema ini juga membahas pentingnya untuk memiliki visi jangka panjang dengan memperhatikan aspek intangible dari konsep ketahanan kota. Visi jangka panjang ini dapat didukung dengan dengan implementasi visi jangka pendek yang dilakukan melalui pendekatan kolaboratif.
- Part 2 – Social Resilience
- Tema ini dimoderatori oleh Michael Berkowitz, Presiden 100RC, ini turut menghadirkan berbagai panelis yang terdiri dari: (i) Walikota New Taipei; (ii) Walikota Tirana, Albania; (iii) Presiden IBASHO (organisasi yang fokus dalam pemberdayaan lansia); (iv) ICLEI; dan (v) Managing Partner dari Protas Consulting.
- Tema ini membahas pentingnya untuk memperhatikan aspek sosial dalam membangun ketahanan kota.
- Untuk itu, perlu pula memperhatikan pembangunan kota yang inklusif dan memperhatikan segala pemangku kepentingan lintas generasi sehingga kebutuhan para pemangku kepentingan dapat dipenuhi oleh suatu kota yang berketahanan.
- Untuk membangun ketahanan sosial, diperlukan 3 (tiga) komponen utama berupa: (i) Meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan; (ii) Meningkatkan kesadaran kapasitas pemangku kepentingan; dan (iii) meningkatkan kedisiplinan dari berbagai pemangku kepentingan yang ada di kota.
Selain itu, Sekretariat Jakarta Berketahanan turut mendampingi Deputi TRLH/CRO dalam Pertemuan dengan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Buro Happold, dan 100RC terkait perkembangan Program Jakarta Berketahanan. Dalam pertemuan ini, dibahas beberapa hal berupa:
- Untuk mengoptimalkan proses internalisasi serta pengarusutamaan konsep ketahanan kota ke dalam program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta; Strategi Ketahanan Kota akan lebih diarahkan untuk mengidentifikasi berbagai peluang yang ada di Jakarta (Hal ini bisa berupa program prioritas Jakarta saat ini) untuk kemudian dilengkapi dengan konsep ketahanan kota ke dalam peluang tersebut.
- Dengan demikian, Strategi Ketahanan Kota ini akan lebih dapat diimplementasikan secara lebih baik oleh para pemangku kepentingan yang ada di Jakarta sehingga proses pembangunan ketahanan kota Jakarta bisa lebih optimal. Strategi Ketahanan Kota ini diharapkan dapat selesai pada bulan November 2018.
- Dalam pertemuan ini Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta juga menjelaskan dukungannya terhadap program Jakarta Berketahanan yang pengerjaannya berada dalam tanggung jawab Deputi TRLH/CRO dengan segera memulai proses penyusunan Surat Keputusan Gubernur (SK Gub) Provinsi DKI Jakarta terkait Penunjukan CRO, Dewan Pengarah; dan Kelompok Kerja Jakarta Berketahanan.
- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga masih mengevaluasi tentang penambahan klausul dalam Surat Pernyataan Kehendak/Letter of Intent (LOI) antara Pemerintah Provinsi DKI jakarta dengan pihak 100RC guna mengoptimalkan program Jakarta Berketahanan.
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan kunjungan lapangan/Living Labs terhadap berbagai proyek yang turut membantu meningkatkan ketahanan kota Singapura. Dalam kegiatan kunjungan lapangan/Living Labs ini, terdapat beberapa poin penting yang turut membantu meningkatkan ketahanan kota Singapura berupa:
- Pengelolaan taman yang terpadu dengan berfokus kepada pemenuhan kebutuhan para pemangku kepentingan. Kegiatan ini mengunjungi beberapa taman berupa:
- Tanjong Pagar Park, yang merupakan taman yang dikelola oleh sektor swasta. Taman ini sebelumnya berada di laahan milik pemerintah kota Singapura yang kemudian memutuskan untuk membuka kesempatan bagi pihak swasta dalam membangun sebuah ruang publik di lahan tersebut. Taman ini merupakan contoh nyata tentang berhasilnya proses Public-Private-Partnership (PPP) dalam mewujudkan ketahanan kota
- Duxton Plain Park, yang merupakan sebuah taman yang berada di bagian belakang perumahan yang ada di Singapura. Taman ini dikelola sebagai salah satu akses alternatif bagi pejalan kaki dan pengguna moda transportasi non-motor dalam berkegiatan di Singapura.
Pengelolaan taman ini juga menekankan pentingnya untuk menghadirkan kegiatan yang terjadi secara terus menerus. Oleh karena itu, penyediaan event berkala menjadi salah satu cara yang optimal untuk menjaga ke-aktif-an taman tersebut.
- Sistem transportasi antar-moda yang terpadu di Daerah Bugis
Pemerintah Kota Singapura berupayan membangun kembali Daerah Bugis yang dulunya merupakan wilayah padat dengan tingkat kemacetan yang tinggi dengan mengedepankan integrasi antar-moda transportasi. Menekankan konsep Transit Oriented Development (TOD) dalam prosesnya, daerah Bugis ini mengintegrasikan moda transportasi Mass Rapid Transit (MRT) dan Bus Rapid Transit (BRT) yang dioptimalkan dengan jejaring pejalan kaki yang baik. Pemerintah kota Singapura juga menyusun Urban Design Guidelines (UDGL) yang mendukung terciptanya sistem transportasi yang terintegrasi di wilayah Bugis.
- Pelestarian Wilayah Bersejarah/Pusaka di Singapura untuk kepentingan berbagai pemangku kepentingan
- Bussorah Street – Sultan Mosque, wilayah ini merupakan wilayah yang dihuni oleh penduduk melayu mayoritas muslim sejak lama. Karakter wilayah ini yang kuat dengan identitas muslim membuat pemerintah kota Singapura untuk melestarikan kebudayaan yang ada di wilayah ini. Pelestarian ini membawa pengaruh positif dari sisi bisnis mengingat terus meningkatnya jumlah turis yang datang ke tempat ini. Hal ini juga turut berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi para pemangku kepentingan yang ada di wilayah tersebut.
- Haji Lane – Shopping and business alley, wilayah ini merupakan wilayah permukiman warga melayu di jaman dahulu yang kemudian dilestarikan sebagai wilayah bersejarah/pusaka bagi Singapura. Pelestarian yang terjadi di wilayah ini turut membawa pengaruh positif dari sisi bisnis mengingat terus meningkatnya jumlah turis yang datang ke tempat ini. Hal ini juga turut berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi para pemangku kepentingan yang ada di wilayah tersebut.