Jakarta, 7 Agustus 2018
Sekretariat Jakarta Berketahanan melaksanakan diskusi dengan Yayasan Save the Children bertempat di Ruang Rapat UCLG-ASPAC. Diskusi dihadiri oleh Deputi CRO Jakarta Berketahanan, Presiden UCLG-ASPAC, perwakilan Yayasan Save the Children, dan mahasiswa kerja praktik. Diskusi tersebut bertujuan untuk membahas mengenai kerjasama terkait pembangunan ruang publik di Jakarta.
Adapun beberapa hal yang dibahas dalam agenda pertemuan tersebut diantaranya terkait dengan pemaparan mengenai fungsi Yayasan Save the Children dalam upaya pemenuhan hak-hak anak untuk bertahan hidup, belajar, dan terlindungi. Yayasan Save the Children di Indonesia telah ada sejak tahun 1976 yang tersebar di 11 provinsi, 79 kab/kota dengan fokus program untuk anak terkait kesehatan dan nutrisi, pendidikan, perlindungan anak, tanggap darurat bencana, kemiskinan anak, dan pengurangan resiko bencana. Pemaparan dilanjutkan terkait kantor Yayasan Save the Children di DKI Jakarta dengan beberapa fokus program bagi anak-anak, salah satunya yaitu Program Perlindungan dan Pemberdayaan Kaum Muda melalui Sepakbola (Football Resilience) melalui kerjasama dengan Arsenal Foundation. Potret awal Program Football Resilience yaitu : (a) Tujuan program adalah mengembangkan kemampuan dan karakter anak melalui kegiatan sepakbola untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan emosional anak-anak; (b) Program tersebut dikembangkan melalui Coaching for Resilience Module yang dilaksanakan melalui program pelatihan oleh pelatih sepakbola yang bersertifikat dari Arsenal Foundation dan PSSI untuk mengembangkan softskill dan pendidikan karakter bagi anak-anak; (c) Program telah dilaksanakan dalam tahap I selama 1 tahun 6 bulan dengan 3 lokasi eksisting menggunakan RPTRA di Jakarta Utara; dan (d) Penyampaian tujuan program kepada anak-anak dilakukan dengan 2 sesi yaitu yang pertama sesi berketahanan mengenai softskill dan manajemen emosi selama 20 minggu dengan jumlah peserta 25 anak dan yang kedua sesi futsal regular, melalui kooridinasi Arsenal Foundation dengan Dinas PPAPP, pemerintah daerah, dan PSSI.
Penjelasan Deputi CRO Jakarta Berketahanan terkait kebutuhan rencana Ruang Publik dengan konsep berketahanan (Resilience Park) berfokus pada poin penting terkait dampak ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarkat, adanya ruang bersosialisasi bagi masyarakat, dan memiliki fasilitas dan amenitas yang berketahanan. Konsep ruang publik berketahanan (Resilience Park) tersebut tidak hanya untuk anak-anak namun bagi semua kalangan. Hasil dari kerjasama pembangunan rencana ruang publik yang berketahanan (Resilience Park) tersebut akan dihibahkan kembali ke pemerintah serta melalui program peningkatan kapasitas masyarakat setempat melalui partisipasi dari seluruh pihak terkait. Pihak UCLG-ASPAC menjelaskan terkait sasaran pembangunan ruang publik bukan hanya berupa ruang terbuka hijau namun juga ruang bersama yang dapat digunakan masyarakat secara berkelanjutan dan berketahanan. Lokasi yang dipilih harusnya dapat mengatasi permasalahan sosial di lokasi yang memiliki kepadatan tinggi dan tanah milik pemerintah daerah. Poin penting yang harus diperhatikan dalam membangun ruang publik dengan konsep berketahanan (Resilience Park) adalah partisipasi masyarakat dalam proses merencanakan dan mengelola sarana, prasana, dan utilitas yang telah disediakan melalui workshop. Hal penting yang harus diperhatikan adalah membangun dan membuat desain baru sesuai konsep berketahanan melalui perencanaan partisipatif dan pendekatan koordinasi antarpemangku kepentingan terkait.
Diskusi mengenai keberlanjutan program yaitu : (a) Target kick off program lanjutan oleh Yayasan Save the Children akan dilaksanakan pada bulan Oktober; (b) Dana yang dikeluarkan oleh Yayasan Save the Children adalah biaya transport untuk pelatih dan biaya perbaikan infrastruktur ramah anak (Rp 120 Juta/lapangan); serta (c) Pembelajaran dari program sebelumnya yang hanya melalui pemerintah provinsi maka program selanjutnya rencana akan didaftarkan program hibah ke Kementerian terkait sehingga bisa dijadikan aset milik pemerintah daerah. Tim Jakarta Berketahanan selanjutnya akan melakukan koordinasi lebih lanjut terkait lokasi tambahan dan timeline program sehingga dapat menemui titik temu program Football Resilience dengan Resilience Park serta hal penting yang harus diperhatikan dlama pemilihan lokasi ruang publik yaitu lokasi dengan kepadatan yang tinggi serta tanah milik pemerintah daerah.