TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masih ada warga di Kampung Luar Batang, yang lokasinya berada persis di dekat Masjid Luar Batang, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara yang mengandalkan tukang air keliling untuk ketersediaan air bersih.
Dalam sebuah liputan di bulan Desember lalu, TribunJakarta.com pernah mengulas soal minimnya suplai air bersih di permukiman tersebut.
Sedikitnya ada empat RT di wilayah Kampung Luar Batang, RW 03 Kelurahan Penjaringan yang mengalami krisis air bersih, yakni RT 03, RT 04, RT 05, dan RT 07.
Suplai air bersih di lokasi itu, kata Herman selaku Sekretaris Masjid Luar Batang, sudah membaik belakangan ini, terutama setelah ada perbaikan pipa-pipa
Perbaikan sudah dilakukan oleh pengelola pipa, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), semenjak bulan lalu.
“Udah lancar sudah diperbaiki dan kita kontakan terus sama Palyja kalau ada masalah. Bulan Februari sudah mulai lancar,” kata Herman.
Meski demikian, perbaikan belum sepenuhnya sempurna.
Aliran air masih sering tersendat di waktu-waktu tertentu.
“Artinya walaupun tersendat tapi malem nyala lancar, cuman kalo misalkan siang itu agak tersendat. Aliran airnya juga sudah lancar besar, sudah bening,” ucap Herman.
Herman mengatakan tersendatnya air dikarenakan disebabkan masih adanya kendala terkait minimnya jumlah dan besaran pipa yang teraliri air bersih ke rumah-rumah warga.
Dengan kondisi seperti itu, menurut Herman aliran air dari pipa masih tersendat pada waktu-waktu tertentu.
“Biasanya agak tersendat karena yang masuk ke perkampungan, pipa ukuran 3 inci. Agak lama, misalkan yang depan dihidupin biasanya yang belakang tersendat,” kata Herman.
Siti Rahma (48), warga sekaligus Ibu RT 04 RW 03 Kelurahan Penjaringan, mengakui bahwa aliran air sudah lebih baik dari beberapa bulan belakangan meski masih tersendat.
Siti masih merasakan aliran air di rumahnya lancar-tak lancar di jam-jam tertentu.
“Jadi pipanya lain-lain. Salurannya beda-beda, kadang kita lancar dia enggak. Nggak pernah rata. Pokoknya kalo pagi nggak pernah nyala. Paling nyala itu jam 10an lah. Terus entar berhenti. Tapi entar abis dzuhur nyala lagi,” kata Siti.
Siti mengatakan, dengan kondisi tersebut dirinya masih kerap membeli air bersih dari penjual air gerobak yang rutin lewat di permukiman itu.
Dirinya pun masih belum bisa menghilangkan ketergantungannya pada tempat penampungan air seperti jirigen ataupun gentong.
“Suka juga beli dari gerobak. Kalo itu emang agak murah kalo ngambil sendiri. Satu gerobak isi 8 jirigen itu Rp 7-8 ribu. Itu nanti bisa dapat satu gentong,” kata Siti.
Anto (52), warga RT 07 menyatakan bahwa sampai saat ini aliran air di rumahnya masih tersendat ketika siang hari.
Menurut Anto, kondisi itu lantaran posisi permukiman RT 07 yang berada agak ke belakang sehingga apabila air mengalir dari permukiman yang terlebih dahulu dilewati pipa, aliran ke RT 07 pun terpaksa tertunda selama beberapa saat.
“Sampai saat ini sih masih tersendat kalo siang aja masih kadang suka nggak jalan. Karena saluran kita ini RT 07 ini terakhir. Kalo di depan mulai pake sanyo ya di sini nggak kebagian,” ucap Anto.
Anto mengatakan air di rumahnya biasa mengalir lancar pada malam hari. Dikarenakan kebutuhan air cukup krusial untuk mandi, mencuci baju, ataupun memasak, otomatis Anto tak bisa sekadar mengandalkan air dari pipa.
Ia pun menyiasatinya dengan membeli dari penjual air gerobakan. Menurutnya, selama sebulan belakangan ia rutin membeli air gerobakan dengan harga Rp 25 ribu per gerobaknya.
“Nyalanya itu subuh aja jam 1-jam 2. Malem kita isi, nanti kalo penuh mungkin bisa bertahan dua hari. Hampir semua rata-rata jirigen penampungan juga di sini, beli juga dari gerobakan,” katanya.
Artikel ini telah dipublikasikan di https://www.tribunnews.com/metropolitan/2019/03/22/penjual-air-bersih-keliling-masih-dibutuhkan-warga-luar-batang-jakarta-utara?page=all
Oleh: Gerald Leonardo Agustino, Tribunnews.com