BeritaJakarta BerketahananKliping

Transformasi Mewah untuk Pejalan Kaki

transformasi budaya berjalan kaki

Masyarakat menyambut baik revitalisasi wajah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang dilakukan Pemda DKI. Meski demikian, upaya mempercantik JPO patut diimbangi dengan komitmen pemeliharaan pemerintah untuk menjamin keberlanjutan kenyaman pengguna.

Pejalan kaki di Jakarta lumrah menemui JPO yang berkarat, kotor penuh sampah, berbau, hingga rawan kriminalitas. Kondisi ini tak pelak semakin mengurungkan warga untuk menyeberang lewat JPO.

Apalagi  JPO juga dianggap kurang praktis karena pejalan kaki harus naik turun puluhan anak tangga. Bagi pengguna kursi roda, penyeberangan tinggi sudah pasti bukan pilihan karena tak bisa diakses.

Bercermin dari persoalan JPO yang tidak nyaman tersebut, Pemprov DKI merevitalisasi tiga jembatan penyeberangan di ruas Jalan Sudirman, akhir tahun lalu. Revitalisasi JPO di depan Ratu Plaza, Gelora Bung Karno, dan Polda Metro Jaya membuat jembatan berubah indah dengan desain modern yang mewah. Penyeberang jalan seperti berada dalam selubung terowongan kaca. Jika malam hari, pancaran kelip LED warna-warni memperelok pesona JPO. Ketiga jembatan ini juga terintegrasi dengan akses halte Transjakarta.

Design JPO yang artistik tersebut mendapat apresiasi positif publik dalam jajak pendapat Kompas akhir Juni lalu. Sebanyak 46,5 persen responden setuju jika pembangunan JPO indah tersebut diperbanyak di kawasan publik (perkantoran, kawasan komersial, stasiun kereta). Sementara hampir seperempat responden mendukung revitalisasi JPO cukup dilakukan di jalan protokol seperti Sudirman, Thamrin dan Gatot Subroto.

Hasil revitalisasi JPO tersebut berhasil mengambil perhatian publik. Hampir separuh responden mengetahui soal keelokan jembatan penyeberangan ini. Awal diresmikan, unggahan foto titian penyeberangan ini cukup ramai media sosial. Bahkan ada sebagian orang yang menyebutnya sebagai JPO Instagramable karena sangat elok untuk latar berfoto.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Warga mengabadikan jembatan penyeberangan orang (JPO) Gelora Bung Karno di Jalan Sudirman yang desain unik dan artistik, Selasa (28/2/2019). JPO yang mulai direvitalisasi pada akhir tahun tersebut mulai dipergunakan setelah diresmikan oleh Gubernur DKI JAkarta Anies Baswedan.

Selain keindahan wajah luar JPO, secara fungsional jembatan penghubung ini pun dilengkapi dengan beragam fungsi. Anak tangga untuk mengakses jembatan pun dibuat semakin landai untuk memudahkan pengguna. Disediakan pula lift untuk para disablitas, lansia, ibu hamil, dan orangtua yang bepergian dengan balita.

Di setiap JPO dipasang setidaknya lima unit kamera CCTV. Bahkan layanan wifigratis pun bisa diakses di JPO ini. Kelengkapan fitur ini tentu kian menambah daya tarik. Ketertarikan tersebut diungkapkan oleh mayoritas responden (56,4 persen) yang ingin mencoba menyeberangi jembatan yang memikat ini.

Jika dulu JPO hanya berfungsi sebagai tempat orang lalu lalang membelah jalan, saat ini mereka ke JPO hanya untuk berfoto atau sekadar memuaskan rasa penasaran. JPO mewah ini memang menjadi magnet baru. Bahkan sebagian besar responden (61,6 persen) yang mencoba JPO tersebut merupakan kalangan muda usia 17-35 tahun.

Mahal

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Warga mulai menggunakan jembatan penyeberangan orang (JPO) Gelora Bung Karno di Jalan Sudirman setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kamis (28/2/2019). JPO tersebut menarik perhatian warga karena desainnya yang unik dan artistik.

Meski mendapatkan apresiasi, proyek revitalisasi penyeberangan ini juga menyisakan polemik soal anggaran yang digunakan. Untuk merenovasi tiga JPO tersebut Pemprov mengucurkan tidak kurang dari Rp 56 miliar.

Terkait hal ini, ada sekitar 13,4 persen responden yang tidak sepakat jika pembangunan model penyeberangan seperti itu diperbanyak karena biaya yang diperlukan mahal.

Mengutip laman Kompas.com, perbaikan JPO Ratu Plaza menghabiskan biaya Rp 17,4 miliar, JPO Gelora Bung Karno Rp 18,5 miliar, dan JPO Polda Metro Jaya Rp 19,3 miliar. Seluruh biaya pembangunannya merupakan dana kompensasi KLB.

Besaran anggaran ini memang sangat jauh dari biaya yang pernah dihabiskan Pemprov untuk memperbaiki JPO sebelumnya. Sebagai contoh di tahun 2015, anggaran Pemprov untuk merevitalisasi 61 jembatan penyeberangan hanya berkisar Rp 9 miliar. Itu berarti anggaran untuk satu JPO hanya sekitar Rp 100-150 juta saja.

Tahun 2019 ini, Pemprov DKI Jakarta memang telah berencana memperbaiki tujuh JPO lain. Diantaranya, di Jalan Daan Mogot, Pasar Minggu, Bintaro, dan Lenteng Agung. Rencananya JPO tersebut pun akan direnovasi dengan penuh konsep artistik pula.

Mengenai model desain jembatan penyeberangan, regulasi pun tidak mengaturnya dengan detail. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2014/2011 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan menyebutkan salah satu ketentuan yang dipertimbangkan dalam pembangunan jembatan penyeberangan adalah estetika dan keserasian dengan lingkungan sekitar.

Harapan Perawatan

Modal yang cukup besar untuk jembatan ini harus selaras dengan komitmen pemerintah untuk melakukan perawatan. Tidak kurang dari 64 persen responden pun optimistis pemerintah mampu merawat JPO yang sudah dibangun dengan sangat apik tersebut.

Pemeliharaan JPO yang berkelengkapan modern nan canggih tidak sama dengan model lawas sebelumnya. Biaya operasional dan perawatan untuk lift, lampu LED, dan CCTV misalnya, tentulah tidak sedikit. Belum lagi fasad artistik jembatan pun juga harus lebih rutin dibersihkan agar tetap menarik dan terawat.

Komitmen untuk melakukan perawatan sarana publik memang sering kali diabaikan. Pastilah kita semua sepakat jika JPO yang telah dibangun dapat terawat dan nyaman digunakan untuk jangka waktu panjang. (LITBANG KOMPAS)

Artikel ini termuat dalam sumber : https://bebas.kompas.id/baca/utama/2019/07/21/transformasi-mewah-untuk-pejalan-kaki/

Show More

Related Articles

WP Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com