Jakarta, CNN Indonesia — Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengapresiasi langkah yang ditempuh Pemprov DKI Jakarta dalam mengurangipolusi udara di wilayah ibu kota RI tersebut. Namun, upaya tersebut dipandang tidak cukup.
“Sebagai satu langkah untuk memilih tanaman yang lebih menyerap polusi bagus, tapi itu tidak cukup,” kata Manajer Kampanye dan Perkotaan Walhi Dwi Sawung kepada CNNIndonesia.com, Minggu (21/7).
Dwi Sawung mengatakan seharusnya Gubernur DKI Anies Baswedan menaruh perhatian utamanya atas sumber-sumber polusi. Selama sumber polusi itu dibiarkan, kata Sawung, langkah pengurangan polusi yang dilakukan Pemprov DKI akan terjadi sementara saja.
“Selama sumber polutannya tidak dihentikan atau dicegah, hanya jadi sementara saja,” ujarnya.
Soal penanaman tanaman, Sawung mengingatkan Anies dan jajarannya tak fokus hanya pada lidah mertua saja. Menurutnya penting pula untuk mengembalikan tanaman-tanaman yang sempat dibabat guna pembangunan moda raya terpadu (MRT), lintas rel terpadu (LRT), dan pelebaran trotoar dan jalan di kawasan Sudirman-Thamrin.
“Selain lidah mertua, harus mengembalikan juga tanaman-tanaman yang dulu ada di Jalan Thamrin Sudirman, Kuningan yang dibabat oleh pembangunan,” kata dia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Darjamuni mengatakan telah berkoordinasi dengan instansi dan kantor pemerintahan terkait rencana penempatan tanaman lidah mertua di atap-atap gedung perkantoran.
“Kemarin sudah ada proses lelang dan saat ini sedang masuk masa sanggah. Mudah-mudahan akhir Juli sudah bisa mulai pelaksanaan di lapangan. Kantor kami akan jadi proyek percontohan awal dan kami berharap kantor suku dinas dan wali kota juga menerapkan hal serupa,” kata Darjamuni seperti dikutip Antara.
Darjamuni menerangkan lidah mertua yang bernama latin Sansiviera memiliki kemampuan untuk menjadi antipolutan sehingga diharapkan dapat membantu mengurangi polusi udara ibu kota.
Tidak hanya gedung perkantoran pemerintahan, Darjamuni berharap proyek lidah mertua pun diterapkan di gedung-gedung perkantoran swasta di seluruh wilayah DKI Jakarta.
“Sekian banyak gedung di Jakarta, kalau bisa kita tempatkan lidah mertua kan bisa membantu mengurangi polusi udara. Makanya kami melakukan lelang karena butuh banyak tanaman untuk ditempatkan di atap-atap gedung ibu kota,” katanya.
Jakarta menempati puncak daftar kota paling berpolusi di Asia Tenggara pada tahun 2018 menurut hasil studi oleh Greenpeace dan IQ AirVisual, 5 Maret 2019. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
Polusi udara di ibu kota makin menjadi perhatian dalam beberapa bulan terakhir. Terkini, pada 17 Juli lalu, berdasarkan pemantauan satelit oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tercatat kondisi polusi udara di Jakarta semakin mengkhawatirkan. Selain Jakarta, kondisi serupa juga terjadi di Medan dan Surabaya.
Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan menurunnya kondisi udara terjadi karena kontribusi gas buang kendaraan bermotor, industri, dan musim kemarau di Indonesia.
“Peningkatan emisi atau pelepasan PM 2,5 dari kendaraan bermotor, industri, ditambah kondisi memasuki musim kemarau membuat polusi udara berada di tingkat yang perlu diwaspadai,” ungkap Thomas kepada CNNIndonesia.com usai seminar Inderaja di Depok, Jawa Barat, Rabu (17/7).
Kondisi musim kemarau menurutnya memicu peningkatan PM2,5 di Jakarta. Laporan IPB mencatat PM2.5 (particulate matter) memiliki diameter kurang dari 2,5 mikrometer yang diyakni oleh para pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu infeksi saluran pernapasan.
Itu terjadi karena partikel padat PM2,5 bisa mengendap dalam saluran pernapasan yang berujung pada gangguan kesehatan hingga mengganggu pandangan mata.
Thomas mengatakan kualitas udara di Jakarta tergolong lebih buruk dibandingkan Bangkok dan Singapura. Penggunaan transportasi pribadi yang tinggi disebut turut berkontribusi membuat kualitas udara Jakarta semakin memburuk.
(ryn/kid)
Berita ini termuat dalam sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190722061346-20-414214/dki-tanam-lidah-mertua-atasi-polusi-walhi-nilai-belum-cukup