BEKASI, KOMPAS.com – Aliran Kali Cikeas di Jatiasih, Bekasi masih penuh oleh potongan-potongan bambu dan kayu sejak air kiriman dari Bogor melimpah pada Kamis (8/10/2019) dini hari.
Tutupan bambu paling parah terletak di sekitar Bendungan Koja. Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman mengatakan, insiden ini merupakan kali kesembilan pada 2019 ini. Berikut Kompas.com merangkum sejumlah fakta tentang tumpukan sampah bambu di aliran Kali Cikeas, Jatiasih:
1. Setara 230 truk Volume sampah
bambu kiriman dari Bogor yang menumpuk di aliran Kali Cikeas, Jatiasih, Bekasi diklaim mencapai 1.280 meter kubik. Hal ini membuat proses pembersihan begitu memakan waktu dan tenaga.
“Sebagai gambaran, volume sampah bambu sekarang itu 1.280 meter kubik, asalnya dari panjang 160 meter dan lebar 8 meter, anggap tingginya 1 meter,” ujar Puarman ditemui Kompas.com di sela kegiatan pengangkutan sampah bambu di Kali Cikeas, Rabu (16/10/2019).
Puarman menyebut, untuk mengangkut seluruh sampah secara manual, butuh setidaknya 230 truk sampah yang masing-masing berkapasitas 6 meter kubik sampah. Ia menyatakan, mustahil pengangkutan ini beres dalam kurun kurang dari 2 pekan.
2. Akan dihanyutkan ke Kali Bekasi
Puarman akan menghanyutkan sebagian besar tumpukan sampah bambu di Kali Cikeas, Jatiasih, Bekasi, ke aliran Kali Bekasi, dengan beberapa alasan. Pertama, alat berat sukar masuk menuju tepi Kali Cikeas untuk mengangkut sampah bambu karena dibatasi tanggul. Arahan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi agar alat berat menjebol tanggul pun dinilai berisiko.
“Kami berpikiran, kalau tanggul dijebol, nanti nyambungnya enggak sekuat peetama. Warga juga khawatir, saat tanggul jebol bisa banjir,” ungkap Puarman.
Kedua, volume sampah bambu yang mencapai 1.280 meter kubik memerlukan hingga 230 truk sampah untuk diangkut. Maka, menghanyutkan tumpukan sampah bambu ke aliran Kali Bekasi dinilai lebih logis dan efisien, sebab akses alat berat di sana lebih terbuka. Hanya sampah-sampah berukuran besar seperti batang pohon dan bambu berukuran panjang yang diangkut menggunakan truk di tepi aliran Kali Cikeas.
Puarman menjamin, opsi ini tak akan menghambat aliran Kali Bekasi dan menimbulkan banjir. “Sampah digelontorkan ke hilir, nanti di pertemuan dengan Sungai Cilengsi di Kemang Pratama dihambat, diangkat alat berat. Jadi alat berat tidak di sini, tapi di bawah,” ungkap Puarman.
3. Sampah bambu dari Cibinong
Puarman mengklaim, KP2C sudah menyusuri aliran Kali Cikeas. Sepanjang 36 kilometer ke arah hulu, yakni wilayah Cibinong, kata Puarman, pohon-pohon bambu memang memadati bantaran Kali Cikeas.
“Sekitar 50 persen (sampah bambu) terbawa dari Kabupaten Bogor, 25 persennya dari Depok, yaitu wilayah Tapos dan Leuwinanggung, 25 persen sisanya di Bekasi sendiri, di Jatikarya dan Jatirangga. Tiga wilayah itu berkontribusi terhadap tumpukan sampah bambu Kali Cikeas,” jelas Puarman.
Akan tetapi, tak semua bambu yang terbawa air merupakan rumpun bambu yang masih tertanam kuat di tanah. Kebanyakan malah sisa-sisa potongan bambu yang dibiarkan begitu saja di bantaran Kali Cikeas.
Puarman menilai, ini merupakan masalah lintas daerah dan merupakan PR besar bagi Pemerintah Kota Bekasi, Depok, dan Pemerintah Kabupaten Bogor.
“Di Cibinong, Citereup itu penuh. Nah ada rumpun yang terbawa, tapi banyak bekas potongan. Begitu tinggi air naik mencapai 200 cm, semua material di bantaran terbawa semua,” kata Puarman.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “3 Fakta Tumpukan Sampah Bambu di Kali Cikeas, Bekasi”, https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/17/06044481/3-fakta-tumpukan-sampah-bambu-di-kali-cikeas-bekasi?page=2.
Penulis : Vitorio Mantalean
Editor : Jessi Carina
Foto Cover : Tumpukan bambu kiriman dari Bogor memenuhi aliran Kali Cikeas di Jatiasih, Kota Bekasi sejak Kamis (10/10/2019).(KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN)