BeritaJakarta BerketahananKegiatan

Diskusi Pakar terkait Perubahan Iklim

Pada Hari Rabu, 15 Januari 2020, Sekretariat Jakarta Berketahanan turut menghadiri Diskusi Pakar terkait Perubahan Iklim yang diinisiasi oleh DLH Provinsi DKI Jakarta dan TGUPP. Kegiatan ini turut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, yaitu: Pemerintah Pusat (BMKG, BIG, LAPAN, Sekretariat RAN API, BBWSCC Kementerian PUPR); Pemprov DKI Jakarta (Bappeda, BPBD, DCKTRP, DSDA, Biro PLH, TGUPP); Akademisi (CCROM IPB); dan Mitra Pembangunan Pemprov DKI Jakarta (C40, Sekretariat Jakarta Berketahanan).

Kegiatan ini bertujuan untuk membahas dampak dan potensi perubahan iklim terkait dengan bencana, di antaranya adalah bencana banjir yang terjadi di Jakarta pada awal Bulan Januari 2020.

Dalam pertemuan ini, para narasumber mengemukakan beberapa poin penting berupa:

  1. CCROM IPB
    • Aspek iklim perlu mendapat perhatian di dalam upaya mitigasi dan adaptasi bencana, terutama bencana banjir.
    • Kondisi hujan di Jakarta pada 31 Desember 2019 – 1 Januari 2020 (terbesar 377mm/hari) sudah dapat dikategorikan ke dalam kondisi ekstrim (>150mm/hari).
    • Untuk menghadapi kondisi curah hujan yang ekstrim tersebut, Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan hydrological budgeting (perhitungan limpasan air) untuk menghindari potensi bencana. Hal ini juga perlu memperhatikan kondisi tanah di DKI Jakarta yang 60% merupakan tanah yang liat (tidak baik untuk menjadi lahan resapan).
    • Diperlukan pula pendekatan multi-disiplin (multi-disciplinary approach)/kolaboratif dalam proses adaptasi, mitigasi, dan penanggulangan bencana.
  2. BIG
    • Menekankan pada pentingnya proses perencanaan tata ruang, terutama pemetaan, dalam adaptasi, mitigasi, dan penanggulangan bencana.
    • Mempertimbangkan bahwa BIG juga berfokus pada Ketersediaan Data Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Tematik (IGT), BIG dapat memfasilitasi pihak-pihak terkait dalam penyediaan pemetaan untuk proses adaptasi, mitigasi, dan penanggulangan bencana.
    • Diharapkan dengan pemetaan yang mumpuni, DKI Jakarta dapat memiliki Early Warning System (EWS) yang akurat.
    • Meskipun demikian, BIG hanya memiliki data pemetaan berskala 1:25.000 dan 1:50.000
    • BIG juga membuka akses terhadap data pemetaan yang telah dilaksanakan melalui portal https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web
  3. BMKG
    • Perubahan iklim dapat dirasakan secara nyata di Indonesia, terutama di DKI Jakarta. Hal ini dapat terlihat pada kenaikan permukaan air laut yang mencapai 2-3mm di Laut Jakarta dari tahun 2017-2018.
    • Meskipun Curah Hujan Tahunan di DKI Jakarta tidak mengalami peningkatan berarti, jumlah kondisi cuaca ekstrim di DKI Jakarta cenderung meningkat.
    • DKI Jakarta juga mengalami kenaikan rata-rata temperatur di wilayahnya.
    • Secara umum, Banjir di DKI Jakarta pada 1 Januari 2020 lalu diakibatkan oleh sebaran cuaca hujan ekstrim yang lebih luas dan lebih deras di sepanjang sejarah di Jabodetabek.
    • Diprediksi bahwa Indonesia akan mengalami kenaikan temperatur sebesar 0,5˚C dan mengalami pertambahan kekeringan sebesar 30% selama 2020-2030
  4. LAPAN
    • LAPAN memiliki Pusat Teknologi Data yang berfokus pada pemetaan kondisi hidrologi.
  5. BBWSCC Kementrian PUPR
    • BBWSCC memiliki 2 (dua) tugas utama terkait perubahan iklim, yaitu: (i) Kekeringan dan (ii) Kelebihan Air (Banjir dan Tanah Longsor).
    • Dengan kondisi curah hujan yang ekstrim, Pemprov DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya (Jabodetabek) perlu mempersiapkan infrastruktur yang tepat dan mumpuni. Sebagai perbandingan, dengan desain normalisasi kali yang telah lengkap, tetap belum mampu untuk menanggulangi limpasan air pada 1 Januari 2020 sehingga diperlukan solusi yang lebih komprehensif.
    • Untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu upaya yang dilakukan oleh BBWSCC Kementerian PUPR tengah membangun bendungan kering di wilayah hulu untuk menanggulangi sementara bencana banjir di DKI Jakarta. Meskipun demikian, upaya tersebut diperkirakan hanya mampu mengurangi ancaman banjir sebesar 19%.
    • Tetap diperlukan upaya komprehensif dari hulu ke hilir untuk menanggulangi banjir di DKI Jakarta mempertimbangkan kondisi Jakarta yang mengalami penurunan muka tanah rata-rata sebesar 4cm di setiap tahunnya.

Dari hasil diskusi tersebut terdapat beberapa poin penting yang mengemuka, yaitu:

  • Diperlukan sebuah rencana kontinjensi banjir yang lebih komprehensif terkait 3 (tiga) jenis banjir, yaitu: (i) Banjir Akibat Hujan Lokal; (ii) Banjir Kiriman; dan (iii) Banjir Rob.
  • Diperlukan proses koordinasi yang lebih komprehensif antarwilayah terkait pengendalian banjir dan kerjasama terkait aspek hidrologi.
  • Terdapat wacana untuk menyediakan perwakilan BPBD Provinsi DKI Jakarta di tingkat Walikota Administrasi untuk mempercepat koordinasi ketika terjadi bencana.

Sekretarian Jakarta Berketahanan sangat antusias dengan diskusi ini serta ingin terus hadir dalam diskusi-diskusi selanjutnya. kegiatan ini juga mendukung implementasi Strategi Ketahanan Kota Jakarta terutama pada pilar Jakarta Siap.

Kedepannya akan diselenggarakan rapat lanjutan untuk menindaklanjuti diskusi pakar terkait perubahan iklim ini dan pihak LAPAN memandang perlu untuk melibatkan Bidang Pemanfaatan Data LAPAN mempertimbangkan bidang tersebut terkait langsung dengan topik perubahan iklim.

Berikut merupakan pemaparan bahan materi terkait :

Tautan Unduhan Bahan Paparan terkait Perubahan Iklim di Indonesia dan Analisis Banjir dalam Perspektif Perubahan Iklim : 20200116_Perubahan Iklim di Indonesia dan Analisis Banjir dalam Perspektif Perubahan Iklim_

Tautan Unduhan Bahan Paparan Informasi Geospasial sebagai Instruman dalam Penanggulangan Bencana : 20200115_Informasi Geospasial sebagai Instruman dalam Penanggulangan Bencana

Tautan Unduhan Bahan Paparan terkait Curah Hujan Ekstrem, Banjir Katastropik, dan Perubahan Iklim : 20200115_Hujan ekstrem, Banjir, Perubahan iklim -15Jan2020

 

Show More

Related Articles

WP Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com