BeritaJakarta BerketahananKegiatan

Rapat Pembahasan Integrasi Data dan Informasi tentang Kebencanaan

Pada Hari Kamis, 30 Januari 2020, Sekretariat Jakarta Berketahanan turut menghadiri Rapat Pembahasan Integrasi Data dan Informasi tentang Kebencanaan

Rapat ini dipimpin langsung oleh Bapak Yudistira selaku Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City. Adapun peserta yang hadir dalam rapat ini adalah: Kepala Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan, tim Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Biro Pemerintahan Setda Provinsi DKI Jakarta, Tim Jakarta Smart City Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi DKI Jakarta, Ketua Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, dan Sekretariat Jakarta Berketahanan.

Adapun tujuan dari diselenggarakan rapat ini adalah untuk meningkatkan kesiap-siagaan terhadap bencana di Provinsi DKI Jakarta melalui edukasi masyarakat terhadap kebencanaan.

Dengan diadakannya rapat ini, diharapkan terjadi integrasi antara sistem penanggulangan bencana di DKI Jakarta dan data-data terkait ketersediaan fasilitas umum yang ada di DKI Jakarta.

Pengintegrasian data dan informasi dalam sistem penanggulangan bencana ini merupakan aksi nyata dari metode identifikasi dan manajemen risiko bencana yang diamanatkan dalam UU 24/2007 tentang dokumen perencanaan penanggulangan bencana (RPB). Seiring perkembangan zaman, terdapat kebutuhan kajian data informasi secara spasial sehingga metode identifikasi risiko bencana yang sebelumnya menggunakan data tabular dikembangkan dalam bentuk sistem informasi kajian risiko bencana yang berbasis GIS server bernama InaRISK.

Terdapat beberapa pemaparan yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan terkait pengenalan InaRISK, bagaimana pemanfaatannya, dan pengelolaannya terkait manajemen risiko bencana yang ada di DKI Jakarta.

Adapun pemaparan terkait pengenalan dan sistem operasi InaRISK adalah sebagai berikut:

  • InaRISK sebagai sistem informasi kajian risiko bencana berupa peta dan data yang bersifat online yang dikembangkan untuk umum yang dapat dimanfaatkan untuk analisis perencanaan dan identifikasi awal untuk risiko bagi masyarakat.
  • Terdapat dua pendekatan media InaRISK yaitu InaRISK web dan InaRisk personal. InaRISK web lebih ditujukan untuk para perencana, praktisi, pemerintah, peneliti, dan masyarakat yang lebih memahami konsep dasar pemetaan. Sedangkan InaRISK personal digunakan untuk individu atau masyarakat umum untuk pemahaman dan pengetahuan potensi bahaya serta edukasi antisipasi mandiri.
  • Sistem operasi InaRISK berperan sebagai hub berbagai data dari masing-masing instansi dengan menggunakan API (Application Programming Interface) sehingga masing-masing instansi tersebut dapat langsung memperbaharui dan mengolah datanya yang ditampilkan melalui layer analisis risiko bencana pada InaRISK. Data-data yang dibutuhkan untuk integrasi sistem tersebut yaitu berupa nama objek, koordinat, dan informasi umum lainnya.
  • Metode yang digunakan dalam layer analisis risiko bencana pada InaRISK yaitu raster karena metode raster memungkinkan analisis secara lebih mikro dan akurat dibandingkan dengan metode poligon.
  • Selanjutnya hasil analisis tersebut ditampilkan dengan satuan luas 100x100m2. Layer InaRISK tersebut dapat meng-overlay 10 jenis risiko bencana ke dalam tiga klasifikasi tingkat risiko bencana yakni rendah, sedang, dan tinggi.
  • Selain itu, hasil analisis tersebut diterjemahkan menjadi rencana kontinjensi yang kemudian dapat diadopsi menjadi oleh sistem komputer sebagai Early System Warning (EWS).
  • Terdapat pula Multi-Hazard Early Warning System (MHEWS) yang dapat memperbaharui cuaca setiap 3 jam dan hanya dapat diakses oleh pemerintah daerah terutama BPBD untuk keperluan menentukan keputusan peringatan bencana.
  • Pada InaRISK personal juga dilengkapi dengan fitur ACEP yang dapat menilai tingkat ketahanan suatu bangunan termasuk rumah tinggal melalui pengisian form oleh user terkait komponen bangunan tersebut. Hal ini juga bermanfaat dalam mengkaji pemetaan kondisi keamanan masyarakat terkait bangunan yang dihuninya.
  • Di samping itu, InaRISK juga dapat memberi notifikasi dan merekam kejadian gempa secara historis berikut dengan kekuatannya serta user dapat berpartisipasi dalam melaporkan dampak dari bencana tersebut.

Adapun pemaparan terkait pemanfaatan dan pengelolaan InaRISK serta kaitannya dengan manajemen risiko bencana di DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

  • DKI Jakarta telah memiliki portal Jakarta Smart City yang memuat berbagai informasi yang sejatinya dapat mempermudah kinerja aparat Pemprov DKI Jakarta dalam merespon keluahan warga melalui pemanfaatan teknologi untuk pelayanan masyarakat yang lebih baik.
  • Selain itu, DKI Jakarta juga telah mengembangkan aplikasi Pantau Banjir yang berfungsi untuk mengetahui informasi ketinggian air di wilayah RW, kondisi siaga ketinggian air di pintu air, kondisi siaga ketinggian air di pos pengamatan, dan kondisi pompa air yang beroperasi.
  • Kedua portal dan aplikasi tersebut dapat diintegrasikan bersama dengan InaRISK untuk saling melengkapi dalam upaya manajeman risiko bencana yang lebih optimal.
  • Dengan begitu, kendala berupa minimnya ketersediaan data dan rendahnya kualitas data dapat teratasi dan data dapat dikelola serta disajikan secara lebih mikro sehingga informasi terkait kebencanaan dapat diperoleh secara lebih akurat.
  • Integrasi tersebut diharapkan mampu menghasilkan proyeksi dan terkait skenario-skenario kebencanaan yang mungkin terjadi serta strategi-strategi dalam upaya manajemen risiko bencana misalnya melalui rekayasa engineering.

Akhir kata, dewasa ini, bencana yang terjadi semakin dinamis. Di sisi lain, terjadinya bonus demografi yang berimplikasi pada peningkatan perekonomian suatu wilayah khususnya DKI Jakarta memungkinkan tingginya risiko dan ancaman yang berpotensi terjadi. Dengan demikian, dibutuhkan suatu sistem informasi kajian bencana melalui integrasi sistem-sistem yang telah ada seperti InaRISK, Jakarta Smart City, maupun Pantau Banjir agar upaya manajemen risiko bencana berjalan lebih optimal.

Di sisi lain, perlu adanya pengembangan digitalisasi data terkait program-program pembangunan sehingga dapat dilakukan simulasi yang real time dan berkelanjutan.

Kemudian perlu adanya kerjasama dan kolaborasi antar fasilitas pelayanan terutama pendidikan dan kesehatan selagi penanggulangan bencana sehingga pelaksanaan kegiatan pendidikan maupun kesehatan pun dapat tetap berjalan dan juga dapat dimanfaatkan sebagai lokasi pengungsian.

Selanjutnya, dilakukan tindak lanjut berupa pembahasan secara lebih detail mengenai realisasi integrasi InaRISK, JSC, dan Pantau Banjir serta analisis terkait pemodelan hidrologi yang dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan dengan koordinasi BPBD dan Tim JSC yang kemudian dapat dihubungkan dengan analisis Tim Leader InaRISK.

Kemudian diperlukan adanya kampanye sosialisasi InaRISK agar dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat serta Sekretariat Jakarta Berketahanan siap memfasilitasi dalam proses integrasi sistem manajemen risiko bencana di DKI Jakarta. Hal ini juga terkait dengan Pilar ke-tiga Jakarta Berketahanan, yaitu: “Terhubung”.

Rapat Pembahasan Integrasi Data dan Informasi tentang Kebencanaan, Jakarta, 30 Januari 2020

 

Show More

Related Articles

WP Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com