Jakarta, CNN Indonesia — Pejabat Dinas Kesehatan di Ibu Kota Beijing menyatakan saat ini mereka sedang melacak sekitar 200.000 orang yang mengunjungi pasar grosir hasil laut, yang dinilai menjadi klaster baru baru wabah virus corona (Covid-19) di China.
Dilaporkan ada lebih dari 79 kasus baru virus corona di Beijing sejak Kamis (11/6) lalu. Sebagian besar pasien mengatakan mereka sempat pergi ke pasar Xinfadi.
Pihak berwenang setempat berusaha melacak semua orang yang mengunjungi pasar sejak 30 Mei. Pasar Xinfadi menjadi sumber utama kebutuhan pokok di Beijing dan telah ditutup setelah wabah tersebut merebak.
Dilansir CNN, setidaknya ada 11 lingkungan di sekitar area tersebut yang juga sudah ditutup.
“Kami telah mengorganisir kunjungan, dalam artian kami akan mengunjungi orang (yang pernah mengunjungi pasar) di depan pintu mereka, memanggil mereka atau menghubungi mereka lewat WeChat dan aplikasi lain. Sekarang kami sedang mengatur tes asam nukleat dan karantina di rumah mereka,” kata seorang pejabat pemerintah kota Beijing, Xu Ying.
Menurut media massa pemerintah China, CGTN, pasar Xinfadi menyumbang sekitar 80 persen dari seluruh pasokan hasil pertanian di Beijing. Setiap hari, sekitar 18.000 ton sayuran dan 20.000 ton buah dijajakan di pasar tersebut.
Seorang pejabat pemerintah kota Beijing, Wang Hongchun mengatakan pihak berwenang sedang bekerja untuk menjamin pasokan makanan di Beijing setelah pasar Xinfadi ditutup.
Pada Senin (15/6) kemarin, China mengatakan mereka sedang berkomunikasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai wabah terbaru ini.
“China dan WHO telah melakukan komunikasi erat tentang Perkembangan terbaru Covid-19,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.
Zhao mengatakan bahwa ia tidak memiliki informasi apakah pejabat kesehatan China telah berbagi pengurutan gen dari klaster kasus terbaru di Beijing dengan WHO.
WHO menyebut klaster virus corona dengan lebih dari 100 kasus di Beijing sebagai peristiwa penting.
Dalam sebuah briefing pada Senin lalu, direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, dr. Mike Ryan mengatakan, “Di China, ketika Anda menghabiskan lebih dari 50 hari tanpa memiliki transmisi lokal yang signifikan, klaster seperti ini merupakan masalah dan perlu diselidiki dan dikendalikan”.
“Dalam hal itu, ini adalah berita besar. Dalam skema besar hal-hal di sekitar jumlah kasus per hari di seluruh dunia, ini adalah peristiwa penting.” tambah Ryan.
“Kami selalu memperhatikan klaster,” kata seorang ahli epidemiologi penyakit menular WHO, Maria Van Kerkhove.
Van Kerkhove mengatakan setiap kasus perlu ditangani, ‘tapi klaster baru itu adalah kondisi khusus, karena di negara manapun kita perlu memahami mengapa ada sistem klastering?’.
Ryan mengatakan saat ini adalah waktu untuk menyelidiki apa yang menyebabkan terjadinya infeksi baru.
(CNN Indonesia/Fajrian)
|
“Penting bagi kita semua berhipotesis. Penting bagi kita semua untuk membuat model tentang apa yang mungkin terjadi. Tapi jawabannya terletak pada penyelidikan yang hati-hati, sistematis, dan menyeluruh dari klaster penyakit, untuk benar-benar melihat apa yang terjadi dalam situasi ini,” kata Ryan.
“Jika kita mendapatkannya, kita akan membangun gambaran yang jauh lebih baik tentang saran kesehatan masyarakat yang kita butuhkan untuk masyarakat kita, tentang perilaku apa yang harus dihindari dan tempat apa yang harus dihindari, dan keadaan apa yang harus dihindari,” tambah Ryan. (ans/ayp)
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul “Klaster Baru Corona, 200 Ribu Pengunjung Pasar Beijing Dicari”, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200616130711-113-513814/klaster-baru-corona-200-ribu-pengunjung-pasar-beijing-dicari
Penulis/Editor : CNN Indonesia
Foto Cover : Ilustrasi pelacakan kasus virus corona di Beijing, China. (AP/Andy Wong)