BeritaJakarta BerketahananKliping

Transjakarta Didorong Segera Operasikan Bus Listrik

Bus ramah emisi

JAKARTA, KOMPAS — Angkutan umum massal berbasis bus bertenaga listrik dinilai mampu menekan polusi di Jakarta. Untuk itu, operator pelayanan angkutan massal di DKI Jakarta, salah satunya PT Transjakarta, diminta segera merintis operasionalisasi bus listrik.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, di Jakarta, Selasa (2/7/2019), mengatakan, pemerintah sedang merampungkan regulasi tentang pengembangan bus listrik.

Ini menjadi upaya untuk percepatan bus listrik. Dalam klausulnya, ada kemudahan untuk pemilik atau pengusaha bus listrik untuk mengembangkan transportasi publik bus listrik,” ujarnya.

Budi optimistis dengan rencana pengembangan transportasi publik bus listrik. Hal tersebut tidak hanya untuk pelayanan transportasi publik. Namun, keberadaan bus listrik dinilai berkontribusi untuk menurunkan tingkat polusi di Jakarta.

Ia melanjutkan, pihaknya saat ini sudah melakukan uji tipe bus listrik dari karya Mobil Anak Bangsa, yang sedang diurus sertifikatnya. Hal yang sama akan dilakukan PT Transjakarta Damri.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Bus listrik Transjakarta menarik minat warga untuk mengunjunginya saat dipamerkan kepada publik di kawasan hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (23/6/2019).

Untuk lolos uji tipe dan mendapat sertifikat, perusahaan atau operator perlu memperhatikan kinerja teknis armada, seperti lampu, baterai, dan tingkat kebisingan,” ujar Budi.

Sementara itu, Direktur Operasional PT Transjakarta Daud Joseph mengatakan, sebanyak 10 bus listrik diharapkan dapat mulai diuji coba di Jakarta mulai Oktober 2019 di sejumlah rute Transjakarta, seperti Koridor 1 dan 6. Bus listrik yang akan diuji berasal dari sejumlah negara di Asia, Amerika, dan Eropa. Proses uji coba berlangsung selama 6-12 bulan.

Uji coba produk

Daud melanjutkan, harga bus listrik mencapai Rp 3 miliar atau 2-3 kali lebih mahal daripada bus biasa sehingga Transjakarta ingin mencoba bus listrik yang disediakan dari sejumlah negara. Ada bus listrik yang harganya hanya 20-30 persen lebih mahal daripada bus biasa. Ada yang harganya hampir 300 persen lebih mahal.

Uji coba untuk membuktikan produk mana yang betul-betul memiliki daya tahan terbaik. Kita percaya bahwa kualitas ada harganya. Tetapi, kami ingin membandingkan, mana yang lebih baik antara yang mahal dan murah, tutur Daud.

Faktor lain yang akan diuji adalah daya jelajah atau berapa lama bus listrik dapat beroperasi serta daya tempuh atau jarak yang bisa ditempuh bus dengan sekali pengisian baterai. Ada pula jenis charger atau pengisian baterai serta kecepatannya yang akan dipertimbangkan.

Walaupun harga bus listrik lebih mahal dibanding bus biasa, perawatannya jauh lebih murah. Itu akan kami pastikan juga, ujar Daud.

KOMPAS/STEFANUS OSA

Bus listrik dipamerkan pada Kamis (21/3/2019).

Sebelum uji coba dapat dilaksanakan, semua perizinan bus harus lengkap. Saat ini, ada dua merek bus listrik di Indonesia, yakni PT Mobil Anak Bangsa (produsen bus listrik lokal) dan BKY (produsen otomotif asal China). Perizinan itu sedang dalam proses.

Perkiraan saya, pada Agustus 2019, semua perizinan bisa selesai. Setelah itu, kami akan melakukan proses negosiasi penentuan harga tarif per kilometer, kata Daud.

Tarif tersebut belum bisa dipastikan karena harga bus listrik serta biaya operasionalnya belum diketahui. Penyedia bus listrik pun belum mengeluarkan harga final. PLN selaku penyedia listrik juga belum memberikan harga listrik yang akan digunakan untuk bus listrik.

Apabila menggunakan tarif listrik saat ini untuk industri dan rumah tangga, maka menggunakan bus listrik tidak efisien karena mahal. Oleh karena itu, diperlukan biaya khusus. PLN belum bisa memberikan harganya, tutur Daud.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Bus listrik Transjakarta menarik minat warga untuk mengunjunginya saat dipamerkan kepada publik di kawasan hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (23/6/2019).

Ramah lingkungan

Sejak awal Mei 2019, pra-uji coba tiga unit bus listrik Transjakarta dilaksanakan di Monas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan Ancol. Hingga sekarang, sudah ada 13.000 warga yang mencoba naik bus listrik Transjakarta.

Respons masyarakat positif. Mereka menyukai hal baru. Sebab, ini kendaraan ramah lingkungan. Bus listrik tidak mengeluarkan asap, bunyi, dan panas. Ketiga hal ini kami edukasikan kepada mereka, ucap Daud.

Tujuan pra-uji coba adalah edukasi. Tidak hanya kepada masyarakat, tetapi juga kepada operator bus lokal serta penyedia bus listrik.

Tidak semua operator berminat menggunakan bus listrik. Di balik semua potensinya, pasti ada kekhawatiran. Belum semua penyedia bus listrik juga bersedia (menyediakan bus listrik). Apakah Indonesia serius? Apakah Jakarta punya uang? Karena harga bus listrik lebih mahal dibanding bus biasa, tutur Daud.

Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono sependapat bahwa bus listrik akan menekan polusi di Jakarta. Untuk itu, ujarnya, operator didorong untuk meluncurkan pelayanan angkutan bus Transjabodetabek dengan menggunakan unit bus bertenaga listrik.

Menurut Bambang, penggunaan angkutan umum massal bus bertenaga listrik merupakan salah satu langkah konkret untuk mewujudkan transportasi massal ramah lingkungan sesuai Perperaturan Presiden Nomor 55 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ).

Penggunaan angkutan umum massal bus bertenaga listrik merupakan salah satu langkah konkret untuk mewujudkan transportasi massal ramah lingkungan.

Satu dari sembilan pilar yang harus menjadi acuan dalam pembenahan transportasi di Jabodetabek berdasarkan RITJ adalah transportasi ramah lingkungan.

Langkah-langkah konkret menuju transportasi ramah lingkungan menurut Bambang perlu segera dimulai. Hal ini menjadi sangat relevan apabila melihat situasi beberapa waktu belakangan ini, ketika kualitas udara langit Jakarta mendapat sorotan berbagai pihak karena tidak sehat.

Menyikapi hal itu, Bambang mengajak semua pihak untuk berbuat konkret meningkatkan kualitas udara Jakarta. Apalagi, lanjutnya, Jakarta baru saja mendapatkan predikat urutan ke-3 terbaik kota di dunia dalam hal perbaikan sistem transportasi pada ajang Sustainable Transport Award 2019 yang diselenggarakan di Brasil.

”Transportasi di perkotaan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada kualitas udara. Oleh karena itu, selain mengupayakan agar semakin banyak pengguna kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan umum massal agar terhindar dari kemacetan, maka angkutan umum massal khususnya yang berbasis jalan juga harus didorong bebas emisi dengan penggunaan bus bertenaga listrik,” lanjutnya.

Peran pelaju

Selain predikat terbaik ke-3 dalam ajang Sustainable Transport Award 2019 yang diselenggarakan di Brasil, Jakarta juga baru saja mendapat pengakuan dari TomTom Index sebagai kota yang mengalami penurunan kemacetan cukup baik, yaitu 8 persen tahun 2018.

Selain upaya keras dari semua kelembagaan dan instansi dengan berbagai kebijakan, pencapaian ini juga tidak lepas dari kontribusi masyarakat pelaju (komuter).

”Berbicara masalah permasalahan transportasi di Jakarta tidak mungkin mengesampingkan peran daerah sekitarnya, khususnya Bodetabek,” kata Bambang.

Jutaan orang Bodetabek setiap pagi melakukan perjalanan ke Jakarta dan sore-malam harinya kembali lagi dari tempat kerjanya di Jakarta menuju tempat tinggalnya di Bodetabek. Masyarakat pelaju yang dengan kesadaran tinggi menggunakan angkutan umum massal sebenarnya memiliki kontribusi penting dalam menciptakan kondisi transportasi yang lebih baik.

”Merekalah yang sesungguhnya perlu mendapatkan apresiasi, dan kita harapkan jumlahnya akan semakin bertambah,” kata Bambang.

Berbicara masalah permasalahan transportasi di Jakarta tidak mungkin mengesampingkan peran daerah sekitarnya, khususnya Bodetabek.

Setidaknya, saat ini terdapat lebih kurang 1 juta orang per hari yang menggunakan kereta komuter, 700.000 orang per hari menggunakan bus Transjakarta, 80.000 orang per hari menggunakan MRT, belum lagi permintaan angkutan bus JR Connexion dan JA Connexion yang semakin tumbuh.

Bambang menambahkan, sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat yang menggunakan angkutan umum, pemerintah akan semakin keras bekerja untuk mewujudkan perbaikan transportasi Jabodetabek yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

”BPTJ bersama-sama stakeholder yang lain tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan masyarakat yang sudah mulai tumbuh terhadap pelayanan angkutan umum massal di Jabodetabek. Kami akan terus bekerja keras melakukan pembenahan transportasi Jabodetabek dengan berpedoman pada RITJ,” ucap Bambang

Berita ini termuat dalam sumber : https://kompas.id/baca/utama/2019/07/02/transjakarta-didorong-segera-operasikan-bus-listrik/

Show More

Related Articles

WP Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com