JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya mengendalikan polusi udara. Selain memperluas pembatasan kendaraan dengan sistem nomor ganjil genap, pemerintah juga mengajak masyarakat menanam tanaman yang mampu mengisap polutan tinggi dan beralih menggunakan energi terbarukan.
Rencana aksi ini adalah tindak lanjut dari Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara. Adapun instruksi gubernur mengatur langkah strategis perbaikan kualitas udara dari aspek transportasi, industri, ruang terbuka hijau, dan energi terbarukan.
Kepala Seksi Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Agus Pujo Winarko, di Jakarta, mengatakan, DKI akan merintis peralihan energi terbarukan dan pengurangan bahan bakar fosil mulai tahun ini.
”DKI akan beralih ke energi terbarukan dengan menginstalasi solar panel pada gedung sekolah, gedung pemerintah daerah, dan gedung fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah,” ucap Agus di Jakarta, Senin (19/8/2019).
Pemasangan solar panel dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta. Pemasangan meliputi seluruh gedung sekolah, fasilitas olahraga/kepemudaan, fasilitas kesehatan, dan gedung milik pemerintah daerah.
Ruang terbuka hijau
Selain peralihan ke energi terbarukan, Pemprov DKI Jakarta juga tengah membangun ruang terbuka hijau (RTH) berupa taman maju bersama (TMB). Sebanyak 53 TMB ditargetkan selesai dibangun tahun ini. Adapun 53 TMB tersebut akan dibangun di empat wilayah DKI, dengan rincian 10 taman di Jakarta Utara, 9 di Jakarta Barat, 15 di Jakarta Selatan, dan 19 lainnya di Jakarta Timur.
Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati menyampaikan, saat ini ada 15 taman yang pengerjaannya mencapai 80 persen. Kelak, di TMB tersebut, pihaknya akan memaksimalkan penyediaan bibit secara mandiri atau melalui budi daya. Sejumlah bibit tanaman yang akan terus diperbanyak, seperti bougenville, kokoloba atau anggur laut, dadap kuning, dan pohon trembesi.
”Upaya memperbanyak tanaman di Jakarta sangat penting. Tidak hanya meningkatkan estetika, tapi juga untuk meningkatkan kualitas udara,” tutur Suzi.
Gerakan masyarakat
Suzi menjelaskan, Dinas Kehutanan DKI menargetkan penanaman 2 juta pohon, termasuk 1,5 juta tanaman hias, bisa terealisasi tahun depan. Dia juga mengajak warga Jakarta untuk ikut berkontribusi meningkatkan kualitas udara dengan menanam pohon yang dapat menyerap polutan secara swadaya atau mandiri.
”Banyak jenis tanaman yang bisa dipilih. Kami ingin warga juga semakin peduli terhadap lingkungan,” katanya.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta juga telah mengeluarkan imbauan kepada para kepala sekolah negeri dan swasta di Jakarta untuk ikut menanam tanaman yang mampu mengisap polutan. Imbauan itu tertuang dalam Surat Edaran Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nomor 86/SE/2019. Surat itu ditandatangani Pelaksana Harian Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Syaefuloh Hidayat.
”Melakukan gerakan penanaman tanaman di lingkungan sekolah bagi komunitas pendidikan dengan jenis tanaman berdaya serap polutan tinggi, yaitu sansivera (lidah mertua) dan sirih kuning,” ujar Syaefuloh.
Sementara itu, Gina Wijayanti (34), salah satu warga, mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi polusi dengan cara menanam tanaman yang mampu mengisap polutan. Meski mendukung, Gina menilai, cara yang dilakukan pemerintah perlu dibarengi peraturan atau kebijakan secara menyeluruh terkait polusi di Jakarta.
”Yang menyebabkan polusi adalah kendaraan dan pabrik. Seharusnya pemerintah menguatkan regulasi untuk mengurangi kendaraan bermotor dan mobil. Selain itu, mereka juga harus memantau pabrik-pabrik nakal yang juga menyebabkan kualitas udara di Jakarta semakin parah. Ruang terbuka hijau sangat penting, tetapi jika jumlah kendaraan masih banyak dan transportasi tidak diperkuat, saya rasa program menanam tanaman kurang efektif untuk menekan polusi,” kata Gina.
Berita termuat dalam sumber : https://kompas.id/baca/utama/2019/08/19/masyarakat-diajak-tekan-polusi-udara/