BeritaJakarta BerketahananKliping

Kekeringan Sawah Meluas

PINGKAN ELITA DUNDU

Kekeringan pada pertanaman padi di wilayah Kabupaten Tangerang makin meluas. Salah satu di antaranya di Desa Sukadiri, Kecamatan Mauk

TANGERANG, KOMPAS — Musim kemarau yang mencapai puncaknya mengakibatkan luasan sawah yang terdampak kekeringan di wilayah Kabupaten Tangerang semakin meluas. Pertamanan padi yang terdampak seluas 1.560 hektar (ha) atau bertambah seluas 115 ha dibanding pekan lalu.

Tim Posko Utama Mitigasi Kekeringan Kabupaten Tangerang, Banten mencatat,  dari luasan tersebut, di antaranya seluas 660 ha mengalami kekeringan ringan, sedang (411 ha), dan kekeringan berat seluas 288 ha, dan seluas  201 ha puso atau gagal panen.

Selain itu, kekeringan makin menyebar, awalnya sebanyak 11 dan kini meningkat menjadi 25 kecamatan. Kecamatan yang terdampak yakni Cisoka, Solear, Tigaraksa, Jambe, Cikupa, Panongan, Curug, Legok, Pagedangan, Cisauk, Pasar Kemis, dan Sindang Jaya. Juga Kecamatan Balaraja, Jayanti, Sukamulya, Kresek, Gunung Kaler, Kronjo, Mekar baru, Mauk, Kemiri , Rajeg, Sepatan, Pakuhaji, Teluknaga, dan Kosambi.

“Kami sudah melakukan berbagai macam cara untuk meminimalisir dari dampak kekeringan ini, terutama  area persawahan,” kata
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, Azis Gunawan di Tigaraksa, Selasa (20/8/2019).

Azis menjelaskan luas pertanaman padi sawah di Kabupaten Tangerang  25.122 ha. Sementara luas yang terdampak sampai saat ini adalah sebesar 6,2 persen. Tim tersebut, kata Azis, juga melakukan kordinasi dengan instansi terkait,  seperti Dinas Bina Marga dan SDA, BPBD, dan Penanggung Jawab Upaya Khusus ke Pertanian dan Kodim 0510 Tangerang.

“Setiap ada perkembangan selanjutnya kami selalu update setiap Minggu, Jumat, dan Senin. Semua perkembangan kami laporkan ke pak bupati,” ujar Azis.

Sejauh ini, kata Azis, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah antara lain mengidentifikasi berbagai kantung air dan mengalirkan ke lokasi pertanaman.

PINGKAN ELITA DUNDU

Kendati terlihat masih hijau dan sudah berbulir, tanaman padi ini gagal panen karena isinya kopong. Kondisi ini akibat tanaman tidal mendapatkan air di musim kemarau.

Juga meninjau saluran irigasi di beberapa titik dimana debit air sudah sangat berkurang, sehingga pasokan air ke areal persawahan hampir tidak ada.

Sampai saat ini, tambah Azis, tim mitigasi kekeringan terdiri dari Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Banten, Unsur Koramil, Dinas Bina Marga dan SDA, BPP Kabupaten Tangerang. Tim ini juga masih melanjutkan pendataan areal yang terdampak dan mencari solusi lain yang mungkin dilakukan serta memanfaatkan alat yang ada di Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Kabupaten Tangerang.

Sejauh pengamatan, kekeringan lebih banyak terjadi di wilayah Pantai Utara Kabupaten Tangerang.
Sawah yang kering di lahan yang tidak terdapat irigasi dan penampungan air. Meski terlihat masih hijau dan ada buliran padi, tidak menjamin kalau padi tersebut dalam kondisi siap dipanen.

“Memang sepintas tanaman terlihat hijau dan ada buliran padi, tapi begitu dipegang ternyata padinya kopong, enggak ada isinya,” kata petani penggarap Desa Sukadiri, Kecamatan Mauk Irin (60).

Selain itu, setiap kali kekeringan terjadi, tanaman padi tampak kurus dan kering.

Irin sudah sejak tahun 1970 menggarap sawah tadah hujan dengan petani pekerja lainnya seluas  7.000 hektar.
Menurut Irin, kekeringan yang berujung gagal panen ini terus terjadi setiap tahunnya.

“Dalam kondisi normal ada hujannya, sekali panen bisa mendapatkan 2 ton padi. Biasanya hasilnya dibagi dua dengan buruh pekerja. Kemarau ini, hanya bisa panen baik sekitar 60 persen. Sisanya 40 persen lain gagal panen. Saya sudah pasrah,” kata Irin, pekan lalu.

Pemandangan ini berbeda dengan sawah di sekitar lahan yang terdapat saluran irigasi dan penampungan air yang tampak subur dan hijau.

SUMBER: BMKG

Perubahan iklim memicu musim kemarau di Indonesia lebih kering dan panas. Sepuluh tahun mendatang, suhu diperkirakan bertambah 0,5 derajat celcius dan kekeringan meningkat 20 persen. Sumber: BMKG

43 Pompa Air
Pemerintah Kabupaten Tangerang, kata Azis, telah membagikan 43 unit pompa air di 18 kecamatan dan membantu pembuatan tiga sumur pantek yang trekena danpak kekeringan.

Pembagian pompa air dan sumur pantek ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada masyarakat yang terdampak kekeringan dan  meminimalisir dampak dari musim kemarau yang berkepanjangan terutama area persawahan dan perkebunan.

Pembuatan sumur pantek di tiga kecamatan, yaitu Gunung Kaler, Curug, dan Kronjo. Terkait dengan pengadaan pompa air, lanjut Azis, pihaknya telah bekerja sama dengan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Banten untuk mengupayakan pinjaman pompa air.

Berita termuat dalam sumber : https://kompas.id/baca/utama/2019/08/21/kekeringan-sawah-meluas-2/

Show More

Related Articles

WP Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com