Jakarta, CNN Indonesia — Kasus virus corona (Covid-19) di DKI Jakarta dinilai belum bisa menjadi acuan untuk memulai era tatanan normal baru atau new normal. Sekalipun kasus corona di Jakarta bukan yang tertinggi dalam beberapa hari terakhir.
Pada Selasa (2/6), Jakarta berada di posisi ketiga penambahan kasus harian, sebanyak 60 kasus. Angka itu menurun dari catatan dua hari sebelumnya. Kasus virus corona di Jakarta bertambah 119 kasus pada Minggu (31/5) dan 111 kasus pada Senin (1/6).
Meski demikian, jumlah kasus positif virus corona di Jakarta masih yang terbesar dibandingkan 33 provinsi lainnya di Indonesia.
Epidemiolog Hermawan Saputra mengatakan data penyebaran kasus virus corona, khususnya di DKI Jakarta, masih tidak menentu. Dia meragukan ibu kota siap menghadapi new normal saat kasus corona masih naik-turun.
“Terkait data yang ada masih fluktuatif. Belum bisa dikatakan firm, apakah dia menurun secara kecenderungan atau masih punya potensi,” ucap Hermawan kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/6).
Dia memprediksi potensi peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta berpotensi terjadi di pekan pertama dan kedua pada Juni ini.
Menurutnya, potensi itu lahir karena keramaian yang terjadi di beberapa tempat di Jakarta sebelum dan sesudah Hari Raya Idul Fitri 1441 hijriah lalu.
“Sebelum dan sesudah Lebaran itu terjadi keramaian, semacam permisifisme di jalan-pasar padat, jadi ada potensi kasus ini mengalami kenaikan di pekan pertama dan kedua Juni,” ucapnya.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia itu juga berkata pihaknya memprediksi kasus penyebaran virus corona baru akan mencapai puncak pada pertengahan Juli 2020.
Jelang new normal kemacetan terjadi di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (02/6/ 2020). (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
Berangkat dari itu, lanjutnya, rencana penerapan new normal baru bisa dilakukan pada pekan ketiga atau keempat pada Juni.
Menurut Hermawan, pemerintah harus kembali memperpanjang penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pertengahan Juli, setelah kebijakan tersebut berakhir Kamis (4/6).
“New normal baru pantas diwacanakan di pekan ketiga atau keempat Juni,” katanya.
Hermawan berkata pemerintah bisa sambil menyusun regulasi yang akan diterapkan di era new normal nantinya. Dia juga meminta pemerintah untuk menyiapkan infrastruktur pendukung dan penguatan pelayanan kesehatan sebelum menerapkan era new normal.
“[Harus] ada persiapan kebijakan yang bersifat sinkronisasi dan harmonisasi, kemudian persiapan infrastruktur termasuk penguatan layanan kesehatan dan pemeriksaan PCR oleh pemerintah,” kata Hermawan.
Dia juga meminta pemerintah mendorong kesadaran masyarakat yang bersifat komunitas. Menurut Hermawan langkah ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara seperti menggerakkan kegiatan RT/RW Siaga, Kampung Mandiri atau Kampung Tangguh dengan tetap merujuk pada kepedulian mengatasi Covid-19.
Hermawan berkata langkah ini bisa menjadi bagian dari proses transisi sebelum memasuki era new normal. Menurutnya, cara terbaik adalah tidak terjebak dan tidak gegabah untuk menetapkan bahwa virus corona di Indonesia sudah melewati masa krisis.
“New normal tidak tiba-tiba, bukan berarti PSBB selesai (langsung) new normal atau kebijakan baru. PSBB tetap jalan, tapi new normal adalah sebuah paradigma yang cepat atau lambat kita akan memasuki fase ini,” ungkapnya.
Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur, dipadati warga saat aturan PSBB masih berlaku pada Minggu (31/5/2020). (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
|
Epidemiolog lainnya, Indah Suci Widyahening menyatakan bahwa data penyebaran kasus virus corona di Indonesia, khususnya Jakarta, belum stabil. Menurutnya, pemerintah belum bisa mengambil kebijakan melonggarkan PSBB di Jakarta setelah berakhir pada Kamis (4/6).
“Dari angka yang ada, saya belum lihat kita bisa melonggarkan (PSBB). Sekarang menurunnya itu belum stabil, turun harusnya semakin berkurang jumlah kasus, ini agak turun dibandingkan beberapa hari lalu tapi belum menunjukkan penurunan yang menurun,” tuturnya.
Dia menyatakan bahwa pemerintah harus melakukan persiapan yang matang sebelum melonggarkan PSBB atau membuat kebijakan era new normal. Menurutnya, masyarakat harus mendapat edukasi yang cukup agar benar-benar siap memasuki era new normal.
“Harus ada edukasi yang cukup untuk masyarakat dan harus ada persiapan benar-benar matang,” kata Indah.
Selain itu, Indah meminta pemerintah menyiapkan sarana transportasi umum yang memadai dan bisa mendukung masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan terkait pencegahan Covid-19.
“Ketika kita izinkan kantor dibuka, kemudian sebagian besar masyarakat pakai kendaraan umum, kendaraan umum siap menampung orang yang sebelumnya menggunakan kendaraan umum,” katanya.
Dia berpendapat ketika menghadapi new normal, maka fasilitas umum harus mendukung aktivitas masyarakat, bukan hanya mengharapkan kesadaran massa. “Masyarakat kita masih perlu dibantu untuk hal seperti itu,” ujarnya. (mts/pmg)
rtikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul “Jakarta Hadapi New Normal Saat Kasus Corona Tak Menentu”, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200603063534-20-509261/jakarta-hadapi-new-normal-saat-kasus-corona-tak-menentu
Penulis/Editor : CNN Indonesia
Foto Cover : Penumpang TransJakarta berdesakan di dalam bus saat PSBB masih diterapkan di Jakarta, Selasa (02/6/ 2020). (CNN Indonesia/Andry Novelino)