Kegiatan

Hari Ketiga Cross Learning Visit terkait Program Youth in Action for Urban Resilience di Seoul, Korea Selatan

Deputi Gubernur DKI Jakarta didampingi oleh Asisten Deputi Bidang Lingkungan Hidup bersama dengan Delegasi Jakarta (BPBD Provinsi DKI Jakarta;  Dinas PPAPP Provinsi DKI Jakarta, Lurah Duri Utara, Sekretariat Jakarta Berketahanan, dan Plan International Indonesia) menjalani kegiatan hari ketiga Cross Learning Visit Program Youth in Action for Urban Resilience di Seoul, Korea Selatan.
Pada hari ketiga ini, Delegsasi Jakarta belajar dan berbagi pengalaman dengan beberapa institusi yang berada di bawah naungan Pemerintah Kota Seoul/Seoul Metropolitan Government (SMG) yang terbagi dalam 3 (tiga) sesi, yaitu: (i) upaya konservasi energi dan mengurangi konsumsi energi kota Seoul dengan mengembangkan teknologi energi terbarukan (renewable energy) di Seoul Energy Dream Center; (ii) upaya menghasilkan ide inovatif dengan pelibatan masyarakat di Seoul Innovation Park; dan (iii) berbagi pengalaman dengan Tim Ketahanan Kota Seoul terkait kemajuan program 100 Resilient Cities (100RC) Jakarta dan Seoul.
WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.28 (1) WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.28 WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.27 WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.27 (4)
Sesi I merupakan sesi yang membahas tentang upaya konservasi energi dan mengurangi konsumsi energi kota Seoul dengan mengembangkan teknologi energi terbarukan (renewable energy) di Seoul Energy Dream Center. Pihak Seoul Energy Dream Center menjelaskan tentang komitmen Pemerintah Kota Seoul/Seoul Metropolitan Government (SMG) dalam mewujudkan Seoul sebagai kota yang independen energi. Adapun beberapa hal penting yang mengemuka dari sesi I ini berupa:

  • Seoul Energy Dream Center merupakan landmark bagi kota Seoul dalam upaya konservasi energi dan mengurangi konsumsi energi kota. Seoul Energy Dream Center juga merupakan represantasi simbolik untuk mewujudkan Seoul sebagai kota yang independen energi pada tahun 2025.
  • Konsep kota independen energi sendiri merupakan kondisi saat suatu kota telah mampu memproduksi energi yang jumlahnya sama dengan jumlah konsumsi energi kota tersebut.
  • Upaya perwujudan Seoul sebagai kota independen energi dilakukan karena kota Seoul tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang cukup untuk memproduksi energi dengan cara konvensional (minyak bumi, geo-thermal, batu bara, dsb.). Fakta bahwa hanya terdapat 1 (satu) pembangkit listrik di kota Seoul sehingga tidak akan mampu melayani seluruh kebutuhan seluruh penduduk Seoul.
  • Seoul Energy Dream Center dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan upaya konservasi mengurangi konsumsi energi sekaligus mengembangkan inovasi energi terbarukan sehingga dapat memicu terbangunnya pembangkit listrik skala kecil yang dikelola oleh komunitas dan penduduk Seoul.
  • Upaya ini juga diperkuat dengan regulasi kota Seoul yang mewajibkan seluruh bangunan (termasuk rumah pribadi) di kota Seoul untuk menjadi bangunan independen energi.
  • Dalam pengembangan energi terbarukan, Seoul Energy Dream Center menggunakan 2 (dua) sumber daya utama yang berupa: (i) panel surya (Photo-voltaic/PV Panel) yang mampu menghasilkan 272 KiloWatt dan panas bumi (geo-thermal) yang mampu menghasilkan 112 KiloWatt.
  • Karena rendahnya SDA kota Seoul dalam menghasilkan panas bumi, kota Seoul harus menggali sedalam 150m-200m untuk mendapatkan panas bumi yang optimal untuk membangkitkan listrik. Meskipun begitu, wilayah Mapo-dong, Seoul merupakan wilayah bekas Tempat Pembuangan Akhir (landfill) yang sudah berlangsung dari 1978-1998 sehingga pihak Seoul Energy Dream Center hanya perlu menggali sedalam 50m untuk mendapatkan panas bumi yang baik akibat banyaknya material sampah yang tertimbun dan menghasilkan gas methane (CH4).
  • Terdapat beberapa energi terbarukan yang coba dikembangkan oleh Pemerintah Kota Seoul/Seoul Metropolitan Government (SMG) melalui Seoul Energy Dream Center, berupa:
    • Hydro-energy yang mencoba membangkitkan energi melalui energi kinetik yang dihasilkan oleh SDA air di kota Seoul (ombak, air terjun, aliran sungai, dsb.). Hydro-energy hanya dikembangkan dalam skala kecil mengingat tidak mumpuninya SDA kota Seoul dalam membangkitak hydro-energy.
    • Cahaya Matahari (Solar Ray-Energy). Menggunakan pantulan cahaya matahari untuk menghasilkan energi termasuk penggunaan PV panel.
    • Energi angin yang memanfaatkan seringnya Seoul mendapatkan angin yang kencang terutama saat musim dingin dan musim gugur.
    • Hydrogen Fuel Cells yang merupakan inovasi untuk mengelektrifikasi air untuk memisahkan kandungan Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) dalam air (H2O) untuk menjadikan Hidrogen sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
  • Hydrogen Fuel Cells ini telah berhasil dikembangkan oleh kota Seoul untuk dijadikan mesin bus listrik bertenaga hidrogen. Bus listrik ini bisa mencapai jarak 100km dalam satu kali pengisian bahan bakar (bahan bakar diisi selama 7-8 jam namun bisa hanya mencapai 20-30 menit dengan teknologi pengisian kilat). Bus listrik berukuran besar untuk keperluan transportasi perkotaan Seoul dapat mencapai 500km dalam sekali pengisian listrik selama 50 menit. Terdapat pula mobil listrik yang bisa mencapai 500km dalam sekali pengisian listrik selama 3-5 menit.
  • Hydrogen Fuel Cells juga dikembangkan dengan skala yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan listrik kota Seoul. Saat ini telah terbangun 8 (delapan) unit Hydrogen Fuel Cells dengan setiap 1 (satu) unitnya mampu menghasilkan 2,4 MegaWatt.
  • Seoul Energy Dream Center juga memiliki tempat penanganan sampah (waste treatment facility) yang dilengkapi dengan unit pembakar sampah (incinerator). Incinerator ini mampu membakar sampah sebanyak 6.000 ton per hari dan residu yang dihasilkannya dapat diolah kembali menjadi batu bata yang bisa digunakan sebagai bahan material konstruksi (implementasi konsep upcycling). Panas yang dihasilkan oleh incinerator dijadikan bahan bakar energi terbarukan serta dikirim ke rumah-rumah penduduk sekitar Seoul Energy Dream Center untuk dijadikan pemanas.
  • Seoul Energy Dream Center juga merupakan museum dengan alat peraga interaktif yang mampu untuk menarik minat penduduk kota Seoul dalam berpartisipasi dalam upaya konservasi energi dan mengurangi konsumsi energi.

WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.26 WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.26 (1) WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.26 (2) WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.26 (3) WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.26 (4) WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.26 (5) WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.26 (6)
Sesi II (upaya menghasilkan ide inovatif dengan pelbiatan masyarakat di Seoul Innovation Park) diawali dengan Paparan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Pemerintah Provinsi  DKI Jakarta) tentang Program Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang kemudian dilanjutkan dengan paparan oleh Seoul Innovation Park terkait upaya menghasilken ide inovatif dan paparan oleh Global Social Economy Forum (GSEF) tentang pentingnya mengimplementasikan konsep ekonomi sosial (social economy). Adapun beberapa hal penting yang mengemuka dari sesi II ini berupa:

  • Jakarta merupakan ibukota dari Indonesia dengan jumlah penduduk ± 10 juta orang dan luas wilayah sebesar 622,3 km2 menjadikan Jakarta memiliki kepadatan sebesar ± 000 penduduk per km2. Dengan kepadatan penduduk sebesar itu, Jakarta kekurangan lahan untuk tempat bermain anak yang juga ramah terhadap anak. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap tumbuh kembang anak Jakarta sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi masa depan Jakarta.
  • RPTRA merupakan fasilitas terpadu untuk menjamin tumbuh kembang anak serta menjadi sarana berkreasi bagi kelompok rentan lain (penyandang disabilitas, perempuan, dan lansia) yang ada di kota Jakarta. RPTRA dilengkapi dengan fasilitas pengaduan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), penyuluhan Keluarga Berencana (KB), psikolog, pelatihan, pertanian perkotaan, sarana aktivitas Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Pendidikan Anak Usai Dini (PAUD).
  • RPTRA ditargetkan ada di seluruh kelurahan (267 kelurahan). Namun, sampai saat ini pengadaan RPTRA diutamakan pada lokasi yang padat, kumuh, rawan konflik, dan rumah susun. Dalam 3 (tiga) tahun terakhir, telah terbangun 290 RPTRA di seluruh wilayah Jakarta. Beberapa pembangunan RPTRA ini juga dibiayai oleh dana Corporate Social Responsibility (CSR) beberapa perusahaan swasta di Jakarta.
  • Di Seoul, Seoul Innovation Park menjadi sarana terpadu untuk menghasilkan ide inovatif terkait permasalahan sosial di Seoul. Seoul Innovation Park sebelumnya merupakan pusat pengendalian penyakit kota Seoul. Pada tahun 2015, Pemerintah kota Seoul menyadari pentingnya untuk mengendalikan permasalahan dan penyakit sosial sehingga mendirikan Seoul Innovation Park.
  • Seoul Innovation Park ini didanai sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Seoul/Seoul Metropolitan Government (SMG) untuk mengembangkan sarana inovasi yang dikelola sendiri oleh masyarakat di wilayah tersebut sehingga meningkatkan partisipasi penduduk Seoul dalam pembangunan kota.
  • Seoul Innovation Park dibangun dengan harapan menjadi sarana penghasil pemikiran-pemikiran inovatif dalam menghadapi segala isu dan permasalahan kota Seoul. Seoul Innovation Park ini diharapkan juga menjadi salah satu eksperimen sosial (social experiment) yang hasilnya bisa dipelajari dan diimplementasikan di berbagai wilayah kota Seoul lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk menjadi platform bagi para inovator dalam berinovasi dan taman kreatif bagi penduduk kota Seoul.
  • Saat ini, Seoul Innovation Park telah memiliki 1120 inovator yang terdiri dari 225 organisasi, 120 kelompok inovasi (600 orang), dan inovator lainnya.
  • Para inovator ini juga diberikan ruang yang mengedepankan konsep berbagi, kerja sama, pembaruan, dan menyenangkan untuk berkreasi. Ruang-ruang ini terbagi ke dalam 3 (tiga) kategori berupa: (i) co-working spaces, (ii) specialized (upcycling, kerajinan kayu, perkakas, seni, pameran, makanan, teater, dan komunitas), dan (iii) outdoor.
  • Seoul Innovation Park juga tengah mengembangkan bangunan baru yang akan mengintegrasikan wilayah perumahan, inovasi, dan edukasi untuk memicu berkembangnya inovasi-inovasi kreatif dari para penduduk Seoul.
  • Seoul Innovation Park juga memiliki program untuk pemberdayaan dan perawatan lansia (pendudk Seoul dengan usia di atas 50 tahun).
  • Seoul Innovation Park ini sangat mengedepankan partisipasi masyarakat untuk menghasilkan ide-ide inovatif baru terkait berbagai permasalahan Seoul, salah satunya adalah permasalahan kesenjangan sosial yang bisa diselesaikan dengan implementasi konsep ekonomi sosial (social ekonomi).
  • Terkait hal ini, Global Social Economy Forum (GSEF) merupakan salah satu organisasi internasional yang fokus dalam implementasi ekonomi sosial untuk mewujudkan lingkungan yang setara serta menghasilkan perlindungan sosial. Terbentuk pada tahun 2013, GSEF mengedepankan pendekatan kolaboratif antarpemangku kepentingan untuk implementasi ekonomi sosial.
  • Isu utama yang mengemuka terkait ekonomi sosial berupa (i) lapangan pekerjaan (bagi istri, pemuda, dan penyandang disabilitas), (ii) penyediaan perumahan, (iii) pelayanan sosial, dan (iv) kepedulian sosial.
  • Sampai saat ini, GSEF telah berhasil menghubungkan 43 institusi (termasuk pemerintah daerah) untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi sosial. Sebanyak 3000 orang di kota Seoul telah terlibat dalam upaya penyelesaian masalah ekonomi sosial. Hal ini merupakan peningkatan yang sangat signifikan mengingat kota Seoul masih belum mengenal konsep cooperatives dalam penyelesaian suatu masalah.
  • Di Indonesia, GSEF telah berkolaborasi dengan Bandung City Creative Forum untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi sosial kota Bandung.
  • Saat ini, GSEF sedang berusaha untuk mengimplementasikan konsep Sustainable Development Goals(SDGs) terkait ekonomi sosial.
  • Dari sesi ini, Jakarta dapat belajar untuk mengembangkan RPTRA untuk menjadi pusat inovasi seperti Seoul Innovation Park sekaligus menyelesaikan isu sosial dan kesetaraan dari GSEF.

WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.25 (1) WhatsApp Image 2018-03-21 at 23.45.25
Sesi III merupakan sesi untuk saling berbagi pengalaman dengan Tim Ketahanan Kota Seoul terkait kemajuan program 100RC Jakarta dan Seoul. Adapun beberapa hal penting yang mengemuka dari sesi III ini berupa:

  • Jakarta dan Seoul sebagai sister cities telah memiliki hubungan baik serta kekerabatan yang dekat mengingat kedua kota tersebut sama-sama tergabung dalam beberapa program organisasi internasional yang sama, salah satunya dalam program 100RC yang bertujuan untuk membangun ketahanan kota.
  • Jakarta dan Seoul bergabung dalam 100RC pada tahun 2016 di batch yang sama sehingga kesempatan berbagi pengalaman ini dapat saling mendukung penyelesaian program 100RC di kota masing-masing.
  • Koordinator Ketahanan Kota/Chief Resilience Officer (CRO) Seoul yang sebelumnya telah diangkat menjadi 2nd Vice Mayor kota Seoul sehingga digantikan oleh Kepala Safety Management Headquarters (HQ) dari SMG.
  • Tim Ketahanan Kota Seoul telah menyelesaiakn tahap I program 100RC Seoul dan sudah meluncurkan Penilaian Awal Ketahanan Kota/Preliminary Resilience Assessment (PRA) pada Februari 2018 lalu. Saat ini, Tim Ketahanan Kota Seoul sedang menyusun Scope of Work untuk pengerjaan tahap 2 (dua) program 100RC Seoul (penyusunan Strategi Ketahanan Kota.
  • Seoul sendiri memiliki beberapa fokus isu berupa: (i) melindungi penduduk Seoul dari berbagai marabahaya; (ii) mulai memperhatikan permasalahan kelompok rentan (vulnerable groups) Seoul; dan (iii) meningkatkan sisi kompetitif kota Seoul.
  • Terkait hal ini, Jakarta masih dalam tahap penyelesaian PRA yang direncanakan selesai pada akhir Maret 2018.
Show More

Related Articles

WP Facebook Auto Publish Powered By : XYZScripts.com