Jakarta - Meskipun status Ibukota Negara akan berakhir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus bersinergi dengan berbagai pihak dalam menghadapi isu pengelolaan lingkungan hidup.
Melalui forum Kolaborasi Sosial Skala Besar (KSBB) Lingkungan Hidup, diharapkan terjalin kerjasama antara lembaga pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk menyusun rencana dan aksi nyata demi menciptakan pengelolaan lingkungan hidup Jakarta yang lebih baik di tahun 2024-2025.
"Pemprov DKI Jakarta terus berupaya melakukan berbagai strategi dalam rencana pembangunan daerah untuk menciptakan lingkungan yang baik demi mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global yang berkelanjutan," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, pada Selasa (29/05).
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Sarjoko menyampaikan apresiasi atas sinergi yang telah terjalin dalam KSBB ini yang telah memberikan kontribusi positif dan diharapkan dapat diduplikasi oleh pihak lain.
"Aksi nyata kita akan terus berlanjut membuka jejaring yang lebih luas, serta memberi gambaran besarnya potensi sinergi yang dapat dilakukan untuk melakukan pengelolaan lingkungan Jakarta setelah tak lagi jadi Ibukota di tahun 2024-2025," kata Sarjoko.
Aksi Nyata Mewujudkan Pengelolaan Lingkungan Jakarta Lebih Baik
Terkait aksi nyata yang dilakukan oleh para pihak yang tergabung dalam Forum KSBB ini, Plt. Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yusiono A. Supalal mengungkapkan bahwa ada beberapa sinergi yang telah terjalin, salah satunya pembangunan infrastruktur pengelolaan sampah.
"DLH DKI Jakarta memiliki berbagai target untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Jakarta, salah satunya adalah mengurangi sampah hingga 28% di tahun 2024, tentunya harus ada sinergi dalam mencapai itu," ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa sinergi yang telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir ini berhasil membangun TPS 3R di Jalan Joe, Jakarta Barat, dan TPS 3R Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Pembangunan kedua TPS 3R ini merupakan hasil sinergi antara pemerintah dan pihak swasta. TPS 3R di Jalan Joe adalah pembangunan dari Nestle Indonesia, Waste4Change, dan WWF. Sementara TPS 3R Pesanggrahan adalah sinergi dari PT. PLN Energi Primer Indonesia.
Yusi menambahkan, selain pembangunan infrastruktur pengelolaan sampah, berbagai upaya sinergi juga telah dilakukan dalam meningkatkan kapasitas petugas pengelola sampah seperti pelatihan, dan penyediaan sistem informasi.
"Ratusan program hasil sinergi telah dihasilkan di forum KSBB ini, semoga aksi nyata lainnya akan terwujud di tahun 2024-2025," tutup Yusiono.
Salah satu pihak yang terhimpun dalam Forum KSBB ini, Divers Clean Action, melalui pendirinya, Sweetenia Puspa Lestari, mengatakan bahwa perlu adanya inovasi antara para pihak terlibat dalam forum ini agar seluruh aksi nyata yang dilakukan dapat terintegrasi.
"Banyak isu-isu baru soal lingkungan di Jakarta, mengenai pencemaran air contohnya, selain itu ada biodiversitas harus digaungkan kembali. Bukan hanya soal urban lifestyle, karena Jakarta punya Taman Nasional juga," ujarnya.
Selain itu, Alumni Teknik Lingkungan ITB itu juga menyebut saat ini juga ada isu baru terkait pengelolaan sampah, yaitu perusahaan produsen kemasan harus berperan aktif agar memastikan kemasan kembali ke mereka atau mencari alternatif kemasan ramah lingkungan.
"Pemerintah dan kita sebagai non-government organization harus mendorong agar implementasi itu benar-benar dilaksanakan," tutupnya.